Melintasi Bulukumba di antara garis sejarah, mitos, dan demografis

- 16 Oktober 2021, 15:06 WIB
Ilustrasi: Melintasi Bulukumba di antara garis sejarah, mitos, dan demografis
Ilustrasi: Melintasi Bulukumba di antara garis sejarah, mitos, dan demografis /Instagram.com/@kareba.rikajang

WartaBulukumba - Menyusuri Kabupaten Bulukumba adalah serupa melintasi gais panjang sejarah dari berbagai macam suku bangsa yang sebahagian besar adalah suku Bugis dan Makassar.

Pada telusur etnolografis, terdapat juga satu suku yang masih memegang teguh tradisi leluhur dengan mempertahankan pola hidup tradisional yang bersahaja dan jauh dari kehidupan modern, yakni suku Kajang, dengan komunitas adat Ammatoa sebagai episentrum.

Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.

Baca Juga: Bertandang ke rumah filosofi Ammatoa Kajang di Bulukumba

Berbagai sumber literatur bisa dijadikan acuan komprehensif soal 'pengembaraan' suku Bugis Makassar ke berbagai belahan dunia maupun yang 'berjaga' di kampung halaman sendiri.

Salah satu di antaranya yaitu buku berjudul 'Latoa' yang ditulis oleh Prod. Dr. Mattulada. Sebuah buku yang menelisik berdasarkan riset mendalam seputar 'pengembaraan' orang-orang Bugis Makassar ke berbagai belahan dunia.

Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan China yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi.

Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka.

Baca Juga: Ammatoa Kajang di Bulukumba, telusur miniatur ideal peradaban di Tanah Kamasemasea

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x