Gaza semakin menderita tapi pantang menyerah: Perlawanan pejuang Palestina semakin heroik

- 25 Maret 2024, 05:25 WIB
Sebuah tank Merkava Israel Penjajah di dekat RS al Shifa meledak saat dirontokkan roket Al Yassin 105 Al Qassam Hamas.
Sebuah tank Merkava Israel Penjajah di dekat RS al Shifa meledak saat dirontokkan roket Al Yassin 105 Al Qassam Hamas. /Tangkapan layar video Brigade Al Qassam Hamas

WartaBulukumba.Com - Tank-tank Merkava terus bergiliran meledak di berbagai sudut Gaza. Mengendap-endap, bergerak dari balik tembok dan reruntuhan, uncul dari terowongan, para mujahidin Palestina terus menargetkan mangsa: serdadu dan kendaraan tempur.

Video-video yang dirilis pejuang Palestina menunjukkan bahwa Al Qassam Hamas dan kelompok perlawanan lainnya masih tetap eksis dan heroik.

Pada hari ke-170 agresi Israel Penjajah di Gaza, Brigade Al-Qassam menyatakan bahwa mereka telah menghantam dua tank musuh di Beit Hanoun dan Tel Al-Hawa.

Sementara itu, fakta-fakta bahwa tentara Zionis 'berperang melawan warga sipil termasuk wanita, anak dan bayi' terus berlangsung dalam lima bulan terakhir.

Baca Juga: Perang di Gaza kian menyala dalam Ramadhan: Al Qassam Hamas menyergap dua infanteri pasukan Zionis

Tentara Zionis mengeksekusi warga Palestina di dalam RS al-Shifa

Seorang anak laki-laki Palestina menjelaskan eksekusi di dalam Rumah Sakit al-Shifa.

Remaja Palestina, Farouk Mohammed Hamd, memberitahu Al Jazeera bahwa dia menyaksikan tentara Israel Penjajah mengeksekusi sekelompok delapan orang, termasuk ayah dan saudaranya, di dalam Rumah Sakit al-Shifa.

Dia mengatakan bahwa dia dan yang lainnya telah ditelanjangi pakaian mereka dan dipindahkan beberapa kali di dalam bangunan Rumah Sakit al-Shifa di pusat Gaza selama beberapa jam sebelum dibawa ke lantai atas fasilitas tersebut.

Baca Juga: Reruntuhan Gaza capai 23 juta ton puing dan nestapa 2 juta lebih rakyat Palestina

"Mereka meninggalkan kami selama sekitar tiga jam, kemudian mereka berkata, 'Kamu aman. Kamu bisa pergi ke selatan'," katanya.

"Kami berdiri, tetapi kemudian mereka membuka tembakan. Kami semua rebah di lantai lagi. Kemudian, penembak jitu menghibur diri dengan menembaki kami satu per satu."

Dia mengatakan bahwa ayahnya memberitahunya sebelum dibunuh untuk lari jika bisa, dan dia berhasil melarikan diri, tetapi tidak sebelum melihat tubuh-tubuh tak berdaya itu  dieksekusi.

Sebuah foto diunggah The Palestine Chronicle  di X, seorang wanita lanjut usia Palestina, yang menjadi viral karena mengatakan bahwa dia “lebih tua dari Israel” dalam sebuah video yang beredar online, dibunuh oleh penembak jitu 'Israel'.

Baca Juga: Ramadhan di Palestina: Berbuka puasa dengan pakan ternak, shalat tarawih di reruntuhan masjid

Gaza kelaparan di bulan Ramadhan

Dekorasi menghias jalanan, penabuh genderang, dan kios-kios yang penuh dengan camilan telah digantikan oleh kehancuran, kematian, dan perjuangan sehari-hari untuk mendapatkan makanan.

Harga tepung atau gandum yang tersedia telah meningkat lima kali lipat.

Warga Gaza didera blokade, agresi, dan genosida selama lima bulan terakhir. Seluruh penduduk di Gaza sudah bergantung pada bantuan pangan untuk bertahan hidup.

“Orang-orang di sini sudah berpuasa selama berbulan-bulan,” kata dokter Amjad Eleiwa, Wakil Direktur Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit al-Shifa, Kota Gaza, dikutip dari BBC pada Senin, 25 Maret 2024.

“Masyarakat menjelajahi kota mencari makanan untuk bertahan hidup, tapi mereka tidak dapat menemukannya,” ungkapnya.

Guterres meminta akses staf, keselamatan di tengah rekor jumlah kematian PBB

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah bertemu dengan staf kemanusiaan yang bekerja dalam kondisi berbahaya di Jalur Gaza.

“Beberapa dari mereka, dengan pengalaman puluhan tahun, mengatakan bahwa mereka belum pernah menghadapi situasi sebegitu sulitnya,” tulisnya dalam sebuah postingan di X.

“Para pekerja bantuan membutuhkan sumber daya, akses, dan keselamatan - sekarang.”

Sedikitnya 168 anggota badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) telah tewas oleh militer Zionis sejak dimulainya perangnya di Gaza.

Israel Penjajah telah menghancurkan infrastruktur pangan dan lahan pertanian di seluruh Gaza. Berbagai badan bantuan mengatakan peningkatan pemeriksaan keamanan Israel pada truk pengiriman telah menciptakan hambatan dalam upaya mencapai bantuan kepada masyarakat.

Sebagian penduduk Gaza yang lain mungkin mengalami kelaparan pada Juli mendatang, menurut mereka.

Krisis pangan paling parah terjadi di Gaza utara. Berbeda dengan Ramadhan sebelumnya, tahun ini penduduk di sana tidak bisa sahur atau berharap bisa menghilangkan rasa lapar mereka dengan berbuka puasa setelah matahari terbenam.

“Saya ingat Ramadan lalu, ada makanan enak – jus, kurma, susu, apa pun yang Anda inginkan,” kata Nadia Abu Nahel, seorang ibu berusia 57 tahun yang merawat keluarga besar dengan 10 anak di Kota Gaza.

“Dibandingkan tahun ini, rasanya seperti surga dan neraka,” ujarnya.

“Anak-anak sekarang menginginkan sepotong roti, itu adalah makanan yang mereka impikan. Tulang mereka menjadi lebih lunak. Mereka pusing, mereka kesulitan berjalan. Mereka menjadi sangat kurus,” kata Nadia.

Menurut badan amal kemiskinan Care, setidaknya 27 orang – 23 di antaranya anak-anak – meninggal karena kekurangan gizi atau dehidrasi di Gaza utara dalam beberapa pekan terakhir.

Jumlah sebenarnya, menurut dokter dari beberapa rumah sakit di wilayah utara, kemungkinan besar lebih tinggi.

Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini menyatakan bahwa Israel tidak akan mengizinkan lagi konvoi makanan memasuki Gaza utara.

Lazzarini menegaskan hal tersebut melalui sebuah cuitan di akun X (sebelumnya Twitter) dan mendesak Israel untuk segera mencabut larangan tersebut.

"Ini keterlaluan dan disengaja untuk menghalangi bantuan penyelamatan nyawa selama bencana kelaparan yang disebabkan oleh manusia," kata Philippe Lazzarini pada Ahad, 24 Maret 2024.

"Pembatasan ini harus dicabut," tegas Philippe Lazzarini.***

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x