Mengenang setahun Tragedi Kanjuruhan: Salah satu insiden olahraga terburuk di dunia

- 1 Oktober 2023, 23:10 WIB
Aremania menggelar doa bersama dalam peringatan 1 tahun Tragedi Kanjuruhan pada Minggu, 1 Oktober 2023.
Aremania menggelar doa bersama dalam peringatan 1 tahun Tragedi Kanjuruhan pada Minggu, 1 Oktober 2023. //Antara/Vicki Febrianto

WartaBulukumba.Com - Tragedi Kanjuruhan tepat setahun pada Ahad, 1 Oktober 2023. Setahun telah berlalu dengan lambat bagi banyak orang. Dalam kehilangan, kesedihan, dan entah apa lagi. Si kulit bundar ada di sana, dan pencinta bola patut menikmatinya. Sebelum tragedi itu, semuanya berjalan seperti biasa. Namun, semua orang tahu tentang akhir yang menyesakkan dada.

Menurut laporan resmi dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia (Komnas HAM), sekitar 45 kali tembakan gas air mata ditembakkan di dalam stadion, dan 135 orang meninggal karena kekurangan oksigen yang disebabkan oleh gas dan kerumunan ketika para penggemar terjebak di pintu keluar stadion saat mencoba melarikan diri.

Sejumlah media asing juga menurunkan laporan untuk mengenang Tragedi Kanjuruhan. Salah satunya Washington Post pada Ahad, bercerita tentang Devi Athok, seorang pria Indonesia yang kedua putrinya, remaja, meninggal dalam kerumunan penggemar di stadion sepak bola di Jawa Timur pada bulan Oktober 2022 setelah polisi melepaskan gas air mata, memicu kepanikan dalam upaya melarikan diri yang mengakibatkan 135 orang tewas.

Baca Juga: Korban tragedi Kanjuruhan bertambah jadi 135 orang, Komnas HAM akan surati FIFA

Tragedi Olahraga Terburuk di Dunia

Kerumunan besar di stadion Kanjuruhan di kota Malang menjadi salah satu tragedi olahraga terburuk di dunia. Sebanyak 43 anak-anak meninggal dan sekitar 580 orang terluka dalam insiden tersebut.

Kerusuhan terjadi setelah Persebaya Surabaya mengalahkan Arema Malang 3-2 dalam pertandingan 1 Oktober di depan sekitar 42.000 penonton, yang kemudian mendorong polisi untuk melepaskan gas air mata, termasuk ke arah tribun stadion, menyebabkan kepanikan di antara kerumunan.

Athok telah membeli empat tiket untuk pertandingan malam Sabtu itu bagi kedua putrinya, mantan istrinya, dan suami baru istrinya. Putrinya yang berusia 13 tahun, Naila Debi Anggraini, memutuskan untuk bergabung dengan keluarganya pada menit terakhir. Ia meninggal dalam kerumunan bersama dengan kakak perempuannya yang berusia 16 tahun, Natasya Debi Ramadani, dan ibu mereka, Geby Asta Putri, 37 tahun.

Baca Juga: Meski status tersangka tragedi Kanjuruhan, Akhmad Hadian Lukita tetap menjabat Dirut LIB

Dalam setahun sejak kejadian tersebut, Indonesia telah menghukum lima dari enam tersangka yang dituduh lalai sehingga mengakibatkan kematian 135 orang. Investigasi telah dilakukan oleh polisi serta tim independen yang dibentuk oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo.

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x