WartaBulukumba - Anak-anak sekolah di Negeri Seribu Pagoda tidak bertemu dengan gurunya bukan saja akibat pandemi, tapi alasan utamanya adalah keselamatan yang memburuk.
Ruang-ruang kelas di Myanmar sudah lama kehilangan ruh pendidikan sejak kekerasan junta militer dan pembangkangan sipil akibat kudeta 1 Februari.
Dulansir WartaBulukumba.com dari Reuters, Ahad 23 Mei 2021, lebih dari 125.000 guru sekolah di Myanmar telah diskors oleh junta militer.
Para guru itu dituduh bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil untuk menentang kudeta 1 Februari, kata seorang pejabat Federasi Guru Myanmar.
Baca Juga: Kisah Hatice Huveys, perempuan pejuang Palestina penjaga Masjid Al-Aqsa sejak 2014
Penangguhan telah terjadi beberapa hari sebelum dimulainya tahun ajaran baru, yang diboikot oleh beberapa guru dan orang tua sebagai bagian dari kampanye yang telah melumpuhkan negara itu.
Sebanyak 125.900 guru sekolah telah diskors hingga Sabtu, kata pejabat federasi guru, yang menolak menyebutkan identitasnya dengan alasan keamanan.
Dia sudah ada dalam daftar buronan junta dengan tuduhan menghasut ketidakpuasan.