Menguak fakta sapi merah betina Yahudi yang didatangkan dari AS: Ritual penghancuran Masjid Al Aqsa?

26 Maret 2024, 00:16 WIB
Ilustrasi sapi merah betina Yahudi. /Pexels/Pixabay

WartaBulukumba.Com - Seekor sapi merah betina jauh-jauh didatangkan dari Texas AS. Sebuah altar raksasa sudah mereka siapkan untuk upacara yang mereka yakini akan mengundang datangnya Mesias. Benarkah?

Ketika juru bicara Hamas, Abu Ubaidah, memulai pidato yang menandai 100 hari perang di Gaza, ada satu pernyataan mengejutkan namun membuka mata yang luput dari perhatian media.

Abu Ubaidah menyebutkan bahwa Zionis Yahudi "membawa sapi merah betina" ke Tanah Suci Yerussalem dan itu berarti masa penghancuran Masjid Al Aqsha.

Sapi yang dia maksud adalah sapi merah betina, yang sekarang merumput di lokasi yang aman dan dirahasiakan di Tepi Barat yang diduduki Israel Penjajah.

Baca Juga: Reruntuhan Gaza capai 23 juta ton puing dan nestapa 2 juta lebih rakyat Palestina

Beberapa orang Yahudi dan Kristen percaya sapi-sapi ini kunci untuk membangun kembali kuil Yahudi yang pernah berdiri di Yerusalem, dan untuk memanggil Mesias.

Untuk memahaminya, Anda harus melihat kembali hampir 2.000 tahun dalam sejarah Timur Tengah yang penuh gejolak, ketika Romawi kuno menghancurkan kuil terakhir di Yerusalem.

Untuk membangunnya kembali, orang-orang yang sangat percaya mengacu pada Kitab Bilangan dalam Alkitab, yang memerintahkan orang Israel untuk menawarkan "sapi betina merah tanpa cacat atau noda dan yang belum pernah berada di bawah kuk."

Hanya dengan persembahan itu, mereka bersikeras, kuil dapat dibangun kembali.

Baca Juga: Marwan Barghouti pemimpin terkemuka Palestina disiksa tentara Zionis dalam penjara

Dari Texas ke Tepi Barat

Berperan dalam membawa sapi-sapi ke Tanah Suci adalah Yitshak Mamo, dari Uvne Yerusalem, sebuah kelompok yang berkomitmen untuk melihat kuil baru dibangun di Kota Lama Yerusalem.

"Anda dapat memeriksa apakah mereka memiliki rambut putih atau hitam," katanya kepada CBS News, pada 5 Maret 2024.

Ia menjelaskan bahwa rambut yang bukan merah akan mendiskualifikasi sapi-sapi tersebut dari memenuhi peran yang diramalkan.

Baca Juga: Ramadhan di Palestina: Berbuka puasa dengan pakan ternak, shalat tarawih di reruntuhan masjid

Mencari sapi merah betina itu memakan waktu bertahun-tahun. Pencarian Mamo tidak membawanya ke peternak Yahudi, tetapi ke peternak Kristen ribuan mil jauhnya.

"Setelah pencarian panjang, kami menemukan mereka di Texas," katanya. "Texas red angus."

Untuk menghindari hukum ketat yang saat itu melarang ekspor sapi AS ke 'Israel', sapi-sapi itu diklasifikasikan sebagai hewan peliharaan, kata Mamo sambil tertawa.

Tetapi bagi mereka yang mengikuti perintah Alkitab, sapi-sapi ini bukanlah bahan tertawaan, tambahnya, menekankan bahwa ini bukan hanya trik publisitas.

"Harry Potter adalah cerita yang bagus. Alkitab bukan cerita," katanya. "Alkitab adalah cara Tuhan untuk memimpin kita."

Situs The Mirror pada 2023 lalu juga memberitakan seekor anak sapi betina merah, yang diklaim pertama dalam 2.000 tahun terakhir, telah lahir di 'Israel'.

Kelahirannya telah memicu ketakutan orang-orang karena dianggap sebagai tanda dari datangnya "Hari Akhir" atau "Hari Kiamat".

The Temple Institute, organisasi di 'Israel' yang didirikan untuk mempersiapkan rekonstruksi Kuil Ketiga di Bukit Bait Suci di Yerusalem, mengumumkan kelahiran anak sapi merah betina tersebut di channel YouTube mereka.

"Seekor sapi betina berwarna merah sempurna lahir di tanah Israel," kata organisasi tersebut.

"Anak sapi betina berwarna merah membawa janji untuk mengembalikan kemurnian Alkitab kepada dunia," katanya lagi.

Anak sapi tersebut harus menjalani pemeriksaan ekstensif oleh para ahli kerabian untuk memastikan bahwa ia adalah kandidat yang layak untuk sapi merah menurut Alkitab.

Bagi sebagian keyakinan Kristen maupun Yudaisme, sapi dara merah ditampilkan dalam cerita tentang "Hari Akhir" atau "Akhir Zaman".

Kelahiran dan pengorbanan sapi merah disebut-sebut mendahului pembangunan Kuil Ketiga di Yerusalem. Dalam keyakinan Yudaisme Ortodoks arus utama, pembangunan kembali Kuil Ketiga akan terjadi sebelum kedatangan Mesias Yahudi. Dua kuil sebelumnya telah hancur.

Namun The Temple Institute dan organisasi lainnya telah didirikan dengan tujuan membangun Kuil Ketiga di Gunung Moriah atau Temple Mount.

Selain dengan mengorbankan sapi merah betina, mereka juga ingin menghancurkan Masjid Al-Aqsha untuk membangun kuil yang mereka impikan.

Perbincangan tentang sapi merah betina atau Red Heifer di Israel menurut keyakinan umat Yahudi merupakan pertanda akhir zaman atau kiamat.

Saat ini, lima sapi merah jenis Red Angus telah berada di Israel setelah menempuh jarak 11.256 km dari Texas Amerika Serikat.

Menurut kepercayaan Yahudi, keberadaan sapi merah adalah tanda segera terwujudnya mimpi mereka membangun kembali kuil ketiga di Yerusalem.

Namun, untuk mewujudkan misi tersebut, mereka harus menghancurkan Masjid Al Aqsa terlebih dulu.

Nantinya, Kuil Solomon ketiga itu akan dibangun di atas komplek Masjid Al Aqsa. Setelah itu turunlah Mesias yang jadi tanda akhir zaman atau kiamat menurut umat Yahudi.

Pandangan Islam tentang sapi merah betina

Salah satu ulama Indonesia, Buya Yahya berpandangan bahwa sapi merah betina tidak ada dalam Islam dan hanya keyakinan umat Yahudi, termasuk tentang pertanda hari kiamat.

Adapun dalam Aqidah Islam, kiamat sendiri terdiri dari dua yaitu kiamat sugra (kecil) dan kiamat kubro (besar). Kiamat besar ditandai dengan keluarnya Yakjuj Makjuj, matahari terbit dari barat, keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa, turunnya Imam Mahdi.

“Tanda-tanda kiamat besar tidak ada sapi merah. Tapi ada keyakinan Yahudi bukan keyakinan Islam. Maka jangan dibawa, ini keyakinan Yahudi,” ucap Buya Yahya, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.

Buya Yahya menjelaskan, orang Yahudi meyakini bahwa lahirnya sapi merah murni menandakan sudah waktunya membangun Haikal Sulaiman atau Kuil ketiga.

Kuil ini pernah dihancurkan oleh pasukan Romawi yang dipimpin Titus pada 70 M dan ingin dibangun kembali. Yahudi meyakini bahwa kuil tersebut tidak bisa dibangun jika sapi merah belum lahir.

Keyakinan itu dimanfaatkan kaum ekstrimis Yahudi untuk melakukan penyerbuan ke komplek Masjid Al Aqsa di Palestina.

“Kalau sudah keluar sapi merah, harus kita rebut Palestina, kita hancurkan, kita bangun kembali Haikal Sulaiman yang pernah ada dikembalikan lagi untuk menyiapkan raja yang akan datang, ini bisa berbahaya,” tutur Buya Yahya.

Adapun lanjut Buya Yahya, bagi seorang Muslim tidak boleh meyakini sapi merah sebagai pertanda datangnya kiamat.

Begitupun menurut keyakinan Yahudi nonzionis, tidak beda dengan keyakinan Islam.

“Alamat tanda kiamat yang diajarkan Nabi Isa adalah sama seperti yang diajarkan Nabi Muhammad. Tanda-tanda kiamat yang diajarkan Nabi Musa sama, karena Nabi Musa itu hanya bersumber dari ajaran Allah yang harus kita yakini,” ucapnya.

Buya Yahya menegaskan bahwa sapi merah keyakinan Yahudi itu pada akhirnya justru dimanfaatkan sebagian orang ekstrem Yahudi untuk bangkit menghancurkan Palestina dan membangun kembali Haikal Sulaiman yang pernah runtuh.

Kekhawatiran bagi Muslim ialah kedatangan sapi merah itu jadi alasan untuk menindas kaum Muslimin di Palestina. “

Tapi yang tidak semua Yahudi satu paham dalam hal ini, jadi itu salah satu keyakinan sekte Yahudi tentang tanda-tanda kiamat dan tanda akan dibangunnya kembali Haikal mereka, itu saja bukan urusan dengan Islam, tidak ada,” ujar Buya Yahya.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler