Network
WartaBulukumba.Com - Di bawah langit senja, bayangan Vina memantulkan ruang gelap di mana suara mesin menggema. Di antara sorotan lampu, bayangan Vina melintas, mencari keadilan yang terluka.
Dalam gelap, arwahnya menyusup, merangkai cerita gelap menjadi harapan. Nayla Purnama, melalui mata Vina, menelusuri lorong gelap kebenaran. Di setiap sudut, doa-doa terbang, memanggil kedamaian. Dalam kegelapan, sebuah cahaya memancar, membawa makna di balik tragedi, meretas jalan menuju keabadian.
Suatu kisah tragis yang mengguncang, sebuah narasi tentang kekerasan geng motor, akan segera menghiasi layar bioskop-bioskop di Indonesia. "Vina: Sebelum 7 Hari", sebuah karya sinematik yang mengisahkan perjalanan Vina, seorang korban dari gelombang kekerasan yang menggegerkan kota Cirebon.
Baca Juga: Ada teori konspirasi berkembang di seputar film 'Badarawuhi di Desa Penari' dan 'Siksa Kubur'
Upaya kolaboratif dengan keluarga Vina
Film ini, yang diproduksi oleh Dee Company di bawah arahan CEO mereka, Dheeraj Kalwani, menghadirkan sebuah persembahan yang mendalam atas kisah nyata ini.
Pembuatan film ini tidak hanya sekadar proyek komersial, melainkan sebuah upaya kolaboratif yang melibatkan keluarga sang korban, Vina. Dheeraj Kalwani menekankan bahwa proyek ini terwujud berkat dukungan penuh yang diberikan oleh keluarga Vina.
"Film ini lahir dari sinar restu keluarga. Kami bersyukur atas kepercayaan yang mereka berikan kepada Dee Company," ungkapnya dalam siaran pers rumah produksi di Jakarta.
Baca Juga: Review dan sinopsis 'Godzilla x Kong: The New Empire', para titan bersatu melawan Scar King
Dari awal proses kreatif hingga peluncuran trailer terbaru, keluarga Vina memberikan dukungan tak tergoyahkan. Namun, ironisnya, mereka tidak dapat menghadiri pemutaran perdana di Epicentrum, Jakarta Selatan, pada Senin yang lalu.
