Ngeri! Pidato Abu Ubaidah mengingatkan umat Muslim tentang dahsyatnya Perang Badar di bulan Ramadhan

10 Maret 2024, 15:32 WIB
Abu Ubaidah, juru bicara Hamas - Ngeri! Abu Ubaidah peringatkan tentang dahsyatnya Perang Badar di bulan Ramadhan /Tangkapan layar video Brigade Al Qassam Hamas

WartaBulukumba.Com - Bulan suci adalah bulan jihad! Perang di Gaza akan semakin membara dalam bulan suci Ramadhan. Hal itu dipastikan setelah pidato terpanjang juru bicara Hamas, Abu Ubaidah, mengingatkan umat Muslim tentang dahsyatnya Perang Badar di bulan Ramadhan. 

Abu Ubaidah menyatakan bahwa pertempuran Taufan Al-Aqsa yang sedang berlangsung menandakan fase baru tidak hanya di Gaza dan Palestina, tetapi juga secara global. Perlawanan Hamas dan faksi-faksi perjuangan Palestina lainnya dipastikan akan semakin sengit dan heroik dalam bulan suci.

"Ini mendorong gagasan bahwa keadilan hanya dapat dicapai melalui kekerasan," kata Abu Ubaidah, dalam pidato siaran penting pada hari Jumat, 9 Maret 2024.

Baca Juga: Semakin biadab! Penjajah Israel sengaja melaparkan rakyat Palestina

Enam bulan setelah Operasi Banjir Al-Aqsa, Abu Ubaidah menjelaskan beberapa isu kunci, termasuk negosiasi yang sedang berlangsung antara perlawanan Palestina terhadap penjajah Israel.

"Perang brutal ini terhadap rakyat kita memasuki bulan keenamnya, dengan musuh kriminal terus melakukan pembantaian seperti Nazi terhadap rakyat kita," kata Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah membuka pidatonya dengan harapan agar bulan Ramadhan yang akan datang menjadi masa untuk ketaatan, jihad, dan kemenangan bagi umat Islam di seluruh dunia.

Baca Juga: Kisah-kisah pilu Gaza dalam kelaparan dan kematian

Kegagalan diplomasi dan gencatan senjata

"Kami menghadapi Ramadhan dengan pengorbanan yang telah kami persembahkan kepada Allah - darah dan jiwa yang tak ternoda. Kami merayakannya dengan jiwa Islam, jihad, ketegaran, dan perjuangan, di mana manusia dihargai berdasarkan tindakan mereka di bulan yang suci," kata Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah juga sangat menekankan kegagalan diplomasi dan proses hukum melalui hukum internasional atau keputusan Dewan Keamanan PBB dalam mengupayakan gencatan senjata dan mendapatkan hak-hak untuk rakyat Palestina.

Dia mendesak agar perjuangan terus dilanjutkan dan meningkatkan mobilisasi selama bulan Ramadan, tidak hanya di wilayah Palestina tetapi juga di Tepi Barat, wilayah pendudukan lainnya, Lebanon, Yaman, Irak, serta negara-negara Islam dan Arab lainnya untuk menghentikan genosida terhadap rakyat Palestina.

Dia juga menyoroti kegagalan komunitas internasional dan hukum-hukumnya yang lemah dalam melindungi dari ketidakadilan, penindasan, dan agresi, terutama yang dipimpin oleh pemerintah Amerika. Karena itu, Perlawanan Palestina dan revolusinya saat ini adalah respons terhadap agresi yang telah berlangsung selama beberapa dekade, khususnya dalam upaya untuk menguasai Masjidil Aqsa dan provokasi terhadap umat Islam.

Baca Juga: Perang di Gaza: Mujahidin Palestina semakin piawai menghancurkan tank-tank Zionis

Rabbi Yahudi menolak wajib militer

Di wilayah Palestina yang diduduki penjajah Israel, banyak pemukim ilegal terus melakukan demonstrasi penolakan terhadap wajin militer.

Dilaporkan media-media Ibrani, seperti dikutip Warfare Analysis pada Sabtu, pimpinan para rabbi, Yitzhak Yosef melontarkan sebuah pidato penting penolakan wamil, pertama kali dalam sejarah mereka.

"Kalau pemerintah ‘Israel’ paksa kami masuk angkatan bersenjata, kami semua angkat kaki dari negeri ini,” tegas Yitzhak Yosef.

Menteri Zionis seperti Yoav Gallant dan Itamar Ben Gvir diketahui telah memaksa para Yahudi ultra-Ortodoks dan haredim untuk ikut wajin militer dan ikut berperang di Gaza. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya tentara penjajah mati, cedera, cacat dan gila.

Sudah sepekan ini para haredim protes menolak wamil dan bentrok dengan polisi ‘Israel.’ Sebagian mereka bahkan sudah meninggalkan tanah Palestina yang diduduki.

Rabbi Yitzhak Yosef telah mengancam akan mengajak sekitar 66 ribu Yahudi ultra-ortodoks meninggalkan Palestina karena menolak wamil. Itu artinya eksodus massal Yahudi dari tanah Palestina yang sudah mereka jajah selama 75 tahun.

Sebuah video yang diunggah Warfare Analysis di X, memperlihatkan puluhan ribu pengungsi Palestina yang kelaparan harus berdiam diri ketika kendaraan militer Zionis melewati mereka dengan senjata berat teracung.

"Ini adalah tingkat distopia suram yang tidak pernah terpikir akan saya saksikan seumur hidup saya," demikian caption video tersebut.

Perlawanan secara global

Gerakan perlawanan secara global terus meningkat di berbagai negara. Terbaru, menurut Kampanye Solidaritas Palestina, 400.000 orang menghadiri protes pro-Palestina di London pada hari Sabtu.

Ini adalah protes pro-Palestina pertama sejak Perdana Menteri Rishi Sunak menggambarkan demonstrasi tersebut sebagai bentuk 'ekstremisme'.

Sementara itu, di level diplomasi internasional, Malaysia menyerukan agar kekuasaan Veto PBB dihapuskan. Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris telah melakukan banyak kerugian dengan menggunakan hak vetonya terhadap resolusi gencatan senjata di Gaza.

Gaza kian memilukan

Dalam sebuah video yang beredar di X, seorang anak Palestina asal Jalur Gaza utara menceritakan kisahnya mencari makan untuk saudara-saudaranya, memikul beban anak-anak syahid dan istri mereka yang tidak bisa mendapatkan makanan untuk anak-anaknya.

"Mereka mempermalukan kami... membuang bantuan ke laut untuk merendahkan kami, jadi kami mengejarnya seperti anjing lapar, kekhawatiran saya adalah memberikan makanan kecil untuk adik-adik saya yang menangis di rumah karena kelaparan. Wallahi saya belum menerima bantuan apa pun,” kata anak itu.

Dikutip dari AJ Arabic, pada hari Jumat, Kemenkes Gaza mengumumkan jumlah warga Palestina yang syahid dibunuh penjajah Zionis sejak 7 Oktober bertambah menjadi 30.878 orang dan 72.402 orang lainnya luka-luka.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler