Tidak hanya surut akibat kemarau, sungai-sungai di Bulukumba dikangkangi sampah terutama popok bayi

13 September 2023, 16:36 WIB
Sungai di Batuhulang yang tercemari sampah /WartaBulukumba.Com

WartaBulukumba.Com - Pohon-pohon dan belukar masih setia berjaga di sekitarnya namun air sungai terlihat merana. Sejumlah sampah berenang di permukaannya. Menyapa batiu-batu yang terlihat sedih dan gerah akibat kemarau. Pemandangan itu terlihat di salah satu sungai di Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Sebelumnya, melihat beningnya Bulukumba dapat ditemukan pada sungai yang berjaga di Batuhulang. Sungai di wilayah utara di Bulukumba ini pernah menjadi sumber kehidupan bagi banyak makhluk.

Namun, kini, dalam sorotan cahaya matahari di langit Bulukumba, tepat di bawah Jembatan Kuning Batuhulang, kondisi sungai sangat jauh dari kata indah dan resik. Sepanjang tepian dan permukaannya, berarak lapisan-lapisan sampah. Air yang dulunya jernih kini dirubung plastik menggeliat seperti monster tak terkendali, sementara kertas-kertas terbuang mengapung seperti daun-daun gugur yang tersesat. Bau busuk meracuni udara, sementara burung-burung bersenandung gemetar.

Baca Juga: Krisis air bersih di Bulukumba: Sungai dan sumur mengering di pelosok-pelosok

Sungai penuh sampah, terutama popok bayi di Batuhulang, utara Bulukumba/WartaBulukumba.Com

Cakrawala Bulukumba memantul di permukaan air sungai namun semburatnya yang biru dengan awan putih juga diselingi arak-arakan sampah. 

Terlihat ada satu jenis sampah yang tampaknya menonjol di antara semuanya: popok bayi. Sebagai tanda kasih sayang yang seharusnya, popok bayi yang terbuang ini malah menjadi tanda kepedihan.

Mereka mengapung seperti hantu yang tak bisa pergi, mengganggu ekosistem sungai dan menunjukkan ketidakpedulian manusia terhadap alam.

Baca Juga: Ketika Pantai Merpati Bulukumba dalam dekapan sampah dan lalat

Seorang pemerhati lingkungan, Arik, mengungkapkan bahwa popok yang dulunya digunakan untuk menjaga kenyamanan dan kebersihan bayi, kini menjadi simbol ketidakbertanggungjawaban.

"Sungai yang seharusnya menjadi tempat rekreasi dan relaksasi, kini berubah menjadi cermin dari perilaku kita yang sembrono. Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita akan terus membiarkan sungai ini tenggelam dalam limbah dan popok bayi yang terbuang?" tutur Ari kepada WartaBulukumba.Com pada Rabu, 13 September 2023.

Namun, di balik segala keresahan, menurut perempuan asal Solo Jawa Tengah kini sudah menjadi warga Desa Salassae ini bahwa ada juga harapan.

"Sebagian warga ada juga sih yang mulai sadar akan pentingnya menjaga alam, dan banyak individu yang bergerak untuk membersihkan sungai. Kita semua memiliki peran dalam memulihkan keindahan sungai ini," ungkapnya.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler