WartaBulukumba.Com - Pantulan matahari sedang memudar di cakrawala Bulukumba ketika warna cokelat hitam dari sebuah botol plastik turut nimbrung dalam sebuah gradasi warna senja. Dalam tangkapan lensa, dia seolah sebongkah properti tak terduga.
Dan dia tidak sendirian 'berjemur' di pasir. Dia datang bersama entitas lainnya. Mulai potongan kayu, sendok stainless, kain lap, hingga sekuntum bunga plastik. Tepian Kota Bulukumba menampung mereka, tepatnya di beberapa sudut Pantai Merpati.
Mereka tentu saja bukan wisatawan maupun penduduk lokal Bulukumba yang ingin menikmati suasana senja di Pantai Merpati. Mereka sampah yang selalu menarik perhatian sekumpulan lalat.
Baca Juga: Saat ayam jantan kabarkan pagi, para pejuang PMT di Kabupaten Bulukumba sudah berjibaku di dapur
Mereka gerombolan sampah yang datang bersama ombak. Meskipun ada pula sebagian kecil sampah yang dibawa pengunjung.
Sesuatu yang seharusnya tidak ada di sini. Seonggok sampah, peninggalan yang dilemparkan dengan sembrono oleh manusia ke laut. Kemudian ombak mendamparkannya ke pantai ini, tapi bukan mendamparkan dengan cinta.
Seorang bocah umur sekitar 3 tahun terlihat berjongkok, dengan perlahan memungut sesuatu dari onggokan sampah. Sepertinya dia tertarik pada sesuatu yang mirip mainan dari plastik. Sejurus kemudian, seorang perempuan muda, sepertinya adalah ibunya, segera datang begegas menarik tangan bocah itu. Terlambat sedikit saja, mainan sampah itu niscaya akan segera dimiliki si bocah.
Baca Juga: Menyusuri Bulukumba dari cara warga Desa Salassae merawat lingkungan