"Memang benar kata Bung Karno. Perjuangan kita memang lebih berat, karena bakal melawan bangsa kita sendiri," kata Herzaky Mahendra Putra.
Jalan menuju penegakan demokrasi tidak mudah. Banyak aral melintang di tengah jalan itu. Meretas jalan lempang dan lapang untuk melihat masyarakat Indonesia berada di altar adil dan makmur sarat dengan cobaan.
Baca Juga: Programming dan coding, dua 'kata kerja' penting di era digital
"Saat kita menghadapi tontonan terang benderang, perilaku penyalahgunaan kekuasaan yang bisa meluluhlantakkan demokrasi, yang ditunjukkan oleh oknum kekuasaan bersama antek-anteknya, mantan kader kami, melalui GPK-PD, tapi masih ada saja yang berpendapat ini drama politik untuk menaikkan elektabilitas dan simpati publik," urainya.
Situasi saat ini, ungkapnya, sedang tidak normal-normal saja.
"Untuk merasa, seperti yang didengung-dengungkan Ki Hajar Dewantara, apakah situasi saat ini memang normal-normal saja?" kata dia.
Baca Juga: Kelompok petani alami di desa ini membuat sendiri mikroba dan nutrisi herbal untuk tanaman
Kehadiran anasir-anasir yang bukan merupakan pemilik suara yang sah, bertindak tidak sah dengan memilih sosok yang mereka sebut ketua umum baru yang datang dari lingkar kekuasaan, lalu mendemisionerkan kepengurusan sebelumnya.
"Lalu, tanpa izin dari pihak berwenang, di tengah musim covid-19, tetap bisa mengadakan kegiatan dengan peserta ratusan orang, tanpa dibubarkan oleh pihak berwenang?" tuturnya.***
Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul "Kudeta Demokrat Disebut Strategi Menaikkan Elektabilitas? Kubu AHY Buka Suara".