Jejak perjalanan jurnalistik lelaki kelahiran Tanjung Bira Bulukumba Wakil Ketua PWI Sulsel

- 26 September 2022, 01:47 WIB
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini.
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini. /WartaBulukumba.com

Menjadi wartawan bagi seorang Usdar Nawawi yang lahir dan besar di kampung, tidak pernah terlintas sedikit pun di benaknya. Dia sama sekali tidak pernah mematok cita-cita. Dia bagaikan orang melangkah, ke arah mana kaki ini diayunkan.

Profesi apa gerangan yang bakal dia geluti kelak, juga masih tanda tanya dalam diri anak pasangan Muhammad Nawawi Patinrori dan Rosmani ini.

Ayahnya, seorang guru SD yang sederhana. Di samping menjadi kepala sekolah, Muh, Nawawi juga senang bercocok-tanam. Ya, begitulah posisi dan ‘profesi rangkap’ para tokoh di daerah pedesaan Sulawesi Selatan yang kebetulan sudah mengecap pendidikan. 

Baca Juga: Padepokan berbasis pengobatan alternatif dan ilmu spiritual kini hadir di Bulukumba

Ketika menginjak bangku SD, anak pertama dari empat bersaudara ini mengikuti ayahnya yang pindah mengajar di SD Longi. Sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Bawakaraeng, yang masih termasuk wilayah Kabupaten Bulukumba di bagian barat. Di lereng gunung inilah wartawan kelahiran Bulukumba 27 Mei 1958 ini menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bermain gasing, main kelereng, dan rajin memungut kemiri di hutan.

Di sekolah, Usdar kecil terbilang pandai melukis pemandangan alam, objek lukisan yang paling mudah bagi para murid pada zaman itu. Tapi dia payah bila disuruh menggambar orang. Sekali waktu, dia disuruh menggambar orang. Dia pun menggambar sebuah batu besar di tengah sungai. Di samping batu, terlihat tali pancing yang ujungnya turun ke air.

“Ini gambar apaan,?” Gurunya bertanya.
“Di sebelah batu itu Pak, ada orang yang sedang memancing ikan. Tapi cuma tali pancingnya yang kelihatan, orangnya terlindung di balik batu ..,.” Usdar kecil berdalih dengan penuh percaya diri

Setelah lulus SD, Usdar melanjutkan pendidikan ke SMEP Negeri Palampang, Kecamatan Bulukumpa. Dari sekolah menengah ekonomi pertama itu, dia melanjutkan pendidikan dan tamat di SMA Negeri Bulukumba jurusan IPS pada tahun 1977. Dia lulus dan rangking I pada ujian akhir, sehingga bebas tes masuk di di Fakultas Hukum Unhas Makassar, tahun 1978.

Pada awal masa kuliah, kegemarannya ialah suka membuat ‘’Surat Pembaca’’ di Harian Pedoman Rakyat (PR), yang umumnya mengkritik berbagai persoalan di kampung halamannya. Selain itu, dia juga mulai belajar membuat majalah kampus, dan aktif di bagian siaran budaya RRI Nusantara IV Ujungpandang, membantu trio Hasyim Ado, Sudarmin Dahlan, dan Ichsan Amar.

Sekali waktu, RRI dikritik oleh seorang wartawan bernama keren Awang Bayu Asmara (alm.) melalui artikelnya yang dimuat PR. Kritik lelakli kribo bertubuh tambun kelahiran Pangkep tersebut berbunyi.
, “Produksi siaran budaya RRI Nusantara IV Ujungpandang tak pernah naik kelas. Mutunya sangat rendah. Gaya siarannya cuma begitu-begitu saja, tak ada inovasi,” Wartawan kelahiran Pangkep bertubuh tambun itu melontar kritiknya melalui koran perjuangan yang tiada sejak 2007 itu.

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x