Tahukah Anda? Inilah manusia Bulukumba pertama yang menulis novel

- 5 Mei 2022, 07:00 WIB
Fahmi Syariff
Fahmi Syariff /Dok. Fahmi Syariff

Setelah di Makassar diajak main oleh Saleh Mallombasi dalam drama Montserrat  (Emmanuel Robles) produksi Teater Makassar, pimpinan produksi Arsal Alhabsi, sutradara Rahman Arge. Latihannya 5 bulan termasuk training centre 1 bulan; general rehearsal 5 Agustus 1970, main 7 sampai 12 Agustus 1970 di Gedung Dewan Kesenian Makassar Jl. Irian 69.

Baca Juga: Menyibak Bulukumba Toa 1900-1911 dari catatan antropolog Belanda

Setelah pementasan, Fahmi mendapatkan honorarium Rp 8.000,-. Fahmi menceritakan sambil tertawa, saat itu ia langsung membeli celana saddle king (ketat, warna merah tua).

Penyerahan honorarium dilakukan di Kebun Binatang. Dalam produksi ini, semua pemain laki-laki mendapatkan Surat Izin Gondrong dari Kapolda Sulselra.

Fahmi banyak menulis naskah drama, di antaranya Dendam dan Korban (1964), Baja Putih (1972), Datu Museng & Maipa Deapati (1975), Karaeng Bontoala’ (1976), Kerikil-Kerikil (1977), Arung Palakka (1988), Nuansa-Nuansa Almamater (1991), Karaeng Pattingalloang (1992), Para Karaeng (1994), dan Manusia-Manusia Perbatasan (1995). Tiga di antaranya (Karaeng Pattingalloang, Arung Palakka,  Para Karaeng) diterbitkan oleh Hasanuddin University Press (2005) dengan judul Trilogi Drama Teropong dan Meriam atas bantuan Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Radi A. Gany.

Teater tidak dapat dipisahkan dari Fahmi. Tercatat ia mendirikan beberapa grup teater: Latamaosandi bersama Jacob Marala, Ichsan Amar, Husni Husen Nud, Philips Tangdilintin (1968), Yuvana Santika bersama Manan Ibrahim (1969), Poseidon Arts Group bersama Sandy Karim (alm.) dan Amir Sinrang (1975), Pola Artistik bersama pemuda Gantarang (1977), Kosaster bersama Shaifuddin Bahrum (1985), Teater Titik-Titik bersama A. Ansar Agus dan Salahuddin Alam (1995).

Dalam dua kali festival teater se-Sulawesi Selatan, terpilih sebagai Aktor Terbaik (1971) dan Aktor Pembantu Terbaik (1977). Kritiknya Sinetron IS: Obsesi dalam Bahasa Gambar yang Naratif terpilih sebagai Pemenang II Sayembara Kritik Sinetron TVRI (1991).

Fahmi diganjar Hadiah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), Anugerah Seni dari DKSS (1999), dan Celebes Award dari Gubernur Sulsel (2002). Ketiganya dalam bidang penulisan, pemeranan, dan penyutradaraan teater.

Putra dari Drs. Syariff Saleh dan Hamidah Daeng Puji ini dilahirkan 23 Mei 1947 di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Menyelesaikan SR dan Ibtidaiyah (1959), SMP (1963), SMA (1966 di Bulukumba. Menyelesaikan School of Acting DKM (1972), Sarjana Muda Sastra Barat Unhas (1970), Sarjana lengkap Sastra Indonesia Unhas (1994), dan Pascasarjana Unhas (2001) Di Makassar. Menjabat Ketua I Kompartemen Pendidikan dan Pelatihan Dewan Kesenian Makasar, dosen di Fakultas Ilmu Budaya Unhas sejak 1985 dan Fakultas  Ilmu Komunikasi Universitas Fajar sejak tahun 2004.

Rambutnya yang memutih dan memanjang ternyata tidak pernah menghalangi semangatnya dalam berkesenian. Ia tetap konsisten bermain teater sampai tua.***

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x