7 fakta menarik Wage Rudolf Soepratman, pencipta lagu Indonesia Raya

- 16 Agustus 2021, 15:48 WIB
Lukisan Wage Rudolf Soepratman sang Pencipta lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lukisan Wage Rudolf Soepratman sang Pencipta lagu Kebangsaan Indonesia Raya /museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id

WartaBulukumba - Wage Rudolf Soepratman pertama kali menghirup udara kehidupan saat bangsanya dikangkangi penjajahan, pada 19 Maret 1903.

Sang Penggesek Biola pencipta lagu itu mengembuskan napas terakhir karena sakit, pada 17 Agustus 1938 saat umurnya memijak 35 tahun.

Ia dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya". Setumpuk kisah perjalanan hidupnya terurai dalam berbagai literatur.

Baca Juga: Di sinilah tempat pengibaran merah putih pertama di Kabupaten Bulukumba

Berikut 7 fakta menarik sosok Wage Rudolf Supratman, dirangkum dari buku berjudul "Sang Penggesek Biola: Sebuah Roman Wage Rudolf Supratman" yang ditulis oleh Mudhi Herwibowo.

1. Bekerja sebagai guru dan wartawan

Wage Rudolf Supratman semasa hidupnya bekerja sebagai guru, wartawan, violinis, dan komponis di zaman Hindia Belanda.

2. Personel grup musik jazz.

Wage Rudolf Supratman tercatat pernah menjadi anggota dari grup musik jazz Black and White Jazz Band.

Baca Juga: Lebih dari 60 negara menarik diri dan mengevakuasi warganya dari Afghanistan

3. Hari kelahirannya dua versi

Hari kelahiran versi pertama Wage  Rudolf Soepratman, 9 Maret, oleh Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden RI, diresmikan sebagai Hari Musik Nasional.

Tanggal kelahiran ini sebenarnya masih diperdebatkan, kalantaran ada pendapat yang menyatakan Soepratman dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, lalu dikuatkan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007.

4. Sempat menulis buku 

Ketidaksenangan Wage Rudolf Soepratman terhadap penjajahan Belanda ia tuangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Hindia Belanda.

5. Merasa tertantang menciptakan lagu kebangsaaan

Saat bermukim di Jakarta, suatu hari wage Rudolf Supratman membaca sebuah artikel di majalah Timbul. Penulis artikel itu menantang seniman musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Soepratman pun merasa tertantang. Ia lantas menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya dari hasil garapannya saat ia berusia 21 tahun.

Baca Juga: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas kantongi penghargaan Golden Leopard di Swiss

6. Memperdengarkan lagu Indonesia Raya pertama kali di Kongres Pemuda II

Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta berlangsung Kongres Pemuda II. Sebuah kongres bersejarah yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda.

Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum. Ia membawakan lagu Indonesia Raya secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu.

Untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pemuda-pemuda pergerakan nasional.

Baca Juga: Pimpinan MPR temui Presiden Jokowi, politisi Demokrat teringat MPRS minta Soekarno jadi presiden seumur hidup

7. Diburu oleh polisi Hindia Belanda lantaran menciptakan lagu kebangsaan

Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, Soepratman kerap diburu oleh polisi Hindia Belanda. Soepratman akhirnya jatuh sakit di Surabaya.

Lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938 membawanya ke dalam penangkapan.

Saat menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya, ia ditahan kemudian dijebloskan ke penjara Kalisosok, Surabaya. 

Demikian 7 fakta menarik sosok Wage Rudolf Soepratman.

Baca Juga: Begini nominal gaji Lionel Messi per detik di PSG

Wage Rudolf Soepratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen. Kakak sulungnya bernama Roekijem.

Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.

Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, lalu melanjutkan ke Normaalschool di Makassar hingga selesai.

Ketika berumur 20 tahun, ia menjadi guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.

Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu tetap dilakukannya walaupun ia telah pindah ke Jakarta.

Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Tidak lama ia lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar.

Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu.

Soepratman diberi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia dan Bintang Maha Putera Utama kelas III pada tahun 1971

 

Berikut lirik lagu Indonesia Raya  
Ciptaan Wage Rudolf Supratman 


Indonesia Tanah Airku 

Tanah Tumpah Darahku 

Disanalah Aku Berdiri 

Jadi Pandu Ibuku 

Indonesia Kebangsaanku 

Bangsa dan Tanah Airku 

Marilah Kita Berseru 

Indonesia Bersatu  


Hiduplah Tanahku 

Hiduplah Negriku 

Bangsaku Rakyatku Semuanya 

Bangunlah Jiwanya 

Bangunlah Badannya 

Untuk Indonesia Raya  


Indonesia Raya 

Merdeka Merdeka 

Tanahku Negriku yang Kucinta 

Indonesia Raya 

Merdeka Merdeka 

Hiduplah Indonesia Raya  


Indonesia Raya 

Merdeka Merdeka 

Tanahku Negriku yang Kucinta 

Indonesia Raya 

Merdeka Merdeka 

Hiduplah Indonesia Raya.

***

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah