Menyibak misteri putri duyung di palung terdalam sejarah Bumi: Simak penjelasannya dari literatur Islam

16 April 2024, 13:39 WIB
Ilustrasi putri duyung. /Pixabay/sergeitokmakov/

WartaBulukumba.Com - Dalam eksplorasi kedalaman legenda dan mitologi, putri duyung atau mermaid sering muncul sebagai makhluk mitos yang mempesona, menarik perhatian dari berbagai budaya seluruh dunia.

Tidak hanya sebagai objek daya tarik dalam dongeng anak-anak, putri duyung memiliki kaitan mendalam dengan beberapa teori tentang peradaban kuno yang hilang, seperti Atlantis dan Lemuria.

Penelusuran sejarah mereka mengarah pada pertanyaan yang lebih besar: Apakah mungkin bahwa makhluk seperti putri duyung pernah ada sebagai bagian dari peradaban pra homo sapiens di Bumi?

Kita akan menjelajahi teori-teori dan narasi yang mengelilingi eksistensi makhluk ini dalam konteks sejarah dan mitologi global, menyoroti bagaimana mereka terkait dengan peradaban kuno dan teknologi yang dimiliki.

Baca Juga: Misteri bangsa Nisnas, makhluk sebelum Nabi Adam yang membangun Atlantis dan Lemurian?

Putri duyung ternyata ada dalam kitab ulama

Wilayah literatur Islam ternyata sejak lama juga mengenal putri duyung!

Salah satu rujukan menarik mengenai putri duyung adalah kitab Ajwibah Az-Zarqani yang ditulis oleh Imam Az-Zarqani. Dalam kitab ini, putri duyung dijuluki sebagai "admiyatul bahr" atau manusia laut.

Selain itu, kitab Hayah Al-Hayawaan Jilid 1 oleh Kamaluddin Muhammad bin Musa Ad Damiri juga membahas tentang berbagai jenis hewan unik dan langka, termasuk putri duyung.

Baca Juga: Alien dan UFO pada sejumlah uang kuno di dunia! Sisa peradaban bangsa Nisnas?

Kitab ini, yang merupakan karya seorang ulama Mesir dari mazhab Syafi'iyyah, menggunakan istilah "insanul ma'" untuk putri duyung betina dan "syaikhul bahr" untuk putri duyung jantan.

Di dalam kitab ini, keberadaan putri duyung digambarkan berada di Laut Syam pada beberapa waktu tertentu.

Terjemahan dari Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Isy Karima tentang deskripsi putri duyung dalam Kitab Hayaah Al-Hayawan Jilid 1 halaman 46 adalah sebagai berikut:

"Manusia laut adalah makhluk yang menyerupai manusia, namun memiliki ekor. Al-Qazwaini menyatakan, 'Ada seseorang yang membawa hewan ini di zaman kami dengan bentuk yang telah kami sebutkan.' Disebutkan juga bahwa di Laut Syam, terkadang ada makhluk yang mirip manusia dengan jenggot putih, dikenal sebagai 'Syaikh Al-Bahr'. Penampakan mereka dianggap sebagai pertanda kesuburan oleh masyarakat."

Baca Juga: Misteri peradaban maju Tartarian yang hilang! Bangsa raksasa berteknologi canggih yang melampaui zaman modern?

Kitab Hasyiyah Al-Bujairimi Jilid 4 atau Tuhfah Al-Habib 'Alaa Syarh Al-Khatiib, yang membahas fiqih mazhab Syafi'i, juga menyebutkan ciri fisik putri duyung. Dijelaskan bahwa putri duyung memiliki rambut panjang yang berwarna kecoklatan, memiliki kemaluan dan payudara.

Meski bisa berbicara, suaranya tidak dimengerti manusia, dan mereka sering tertawa terbahak-bahak. Kadang-kadang, para pelaut menangkapnya, bahkan menikahinya, dan kemudian melepaskannya kembali ke laut.

Mengenai klasifikasi putri duyung, apakah mereka termasuk golongan manusia atau hewan, Imam Az-Zarqani dalam kitab Ajwibah Az-Zarqani menegaskan bahwa putri duyung adalah jenis hewan, sehingga haram untuk dinikahi.

Imam Az-Zarqani menjelaskan bahwa pada hari kiamat, putri duyung akan menjadi debu bersama dengan hewan lainnya. Ini menunjukkan bahwa interaksi seksual dengan mereka dianggap sebagai kemaksiatan dan dikenai hukuman ta'zir.

Makhluk mitologi yang paling memikat

Putri duyung dikenal luas dalam mitologi sebagai makhluk setengah manusia dan setengah ikan. Lebih kerap digambarkan sebagai wanita berwajah jelita.

Dalam banyak literatur kuno, termasuk catatan dari Yunani kuno dan sumber Yahudi, putri duyung digambarkan memiliki peran yang lebih kompleks daripada sekedar objek mitos dalam cerita rakyat.

Misalnya, dalam beberapa versi cerita Atlantis, putri duyung digambarkan sebagai bagian dari kerajaan bawah laut yang maju, dilengkapi dengan teknologi yang sangat canggih.

Putri duyung adalah bagian dari Bangsa Nisnas

Penjelasan berbagai sumber seperti manuskrip kuno, dan salah satunya dihimpun dalam buku "Para Penghuni Bumi Sebelum Manusia" oleh Mukti Ali, Atlantis dan Lemuria adalah dua peradaban yang dipercaya memiliki teknologi yang sangat maju.

Atlantis, sering dihubungkan dengan mitologi Yunani, dipercaya sebagai sebuah peradaban yang tenggelam karena bencana alam atau perang, sedangkan Lemuria, yang sering dihubungkan dengan mitologi Timur, dipercaya hilang karena pergeseran geologis.

Menurut beberapa narasi, bangsa yang mendiami peradaban ini, termasuk makhluk yang dikenal sebagai Nisnas atau Nasnas, memiliki kemampuan yang sangat maju seperti penggunaan telepati, teknologi antariksa, dan bahkan nuklir.

Putri duyung, dalam konteks ini, sering kali disebut sebagai bagian dari ras yang berhubungan dengan peradaban ini.

Nisnas atau Nasnas, seperti yang dijelaskan dalam berbagai sumber literatur, adalah makhluk sebelum manusia yang memiliki kemampuan yang sangat maju.

Dalam beberapa versi, mereka digambarkan memiliki postur yang mirip manusia namun dengan kemampuan yang jauh melampaui kapasitas manusia normal, termasuk pembangunan struktur megah dan penggunaan teknologi yang canggih.

Menurut teori-teori tersebut, sebagian dari mereka mungkin telah melarikan diri ke dalam laut atau bawah tanah setelah kehancuran peradaban mereka, memberikan dasar mitologis untuk legenda putri duyung.

Putri duyung dalam konteks budaya dan sejarah

Dalam banyak kebudayaan, putri duyung dianggap sebagai simbol dari kekuatan alam, kewanitaan, dan misteri. Dari cerita rakyat Eropa hingga legenda pesisir Afrika dan Asia, gambaran putri duyung menunjukkan berbagai aspek dari kehidupan dan kebudayaan yang mengagumkan.

Dari lukisan Renaisans hingga film modern, putri duyung telah menjadi subjek dari banyak karya artistik dan naratif.

Mereka sering digambarkan sebagai makhluk yang indah namun tragis, terjebak antara dua dunia—laut dan darat—dan simbol dari keindahan alam yang tidak terjangkau dan misterius.

Dalam banyak masyarakat, putri duyung dianggap sebagai penjaga atau pelindung perairan, yang menggambarkan pentingnya konservasi laut dan penghormatan terhadap alam. Di sisi lain, mereka juga bisa dianggap sebagai pertanda buruk, mengingatkan pada bahaya yang dapat datang dari laut.

Ada implikasi arkeologis dan penemuan terkini terkait putri duyung. Dalam beberapa tahun terakhir, penemuan arkeologis telah menambahkan dimensi baru pada pemahaman kita tentang peradaban kuno dan mitos yang berhubungan dengan putri duyung.

Misalnya, penemuan patung-patung dan artefak yang menggambarkan makhluk setengah manusia dan setengah ikan di berbagai tempat di dunia menunjukkan bahwa kepercayaan kepada makhluk seperti putri duyung mungkin memiliki akar yang lebih dalam dalam sejarah manusia daripada yang sebelumnya diperkirakan.

Putri duyung dan penjelajahan antariksa kuno

Teori Astronot Kuno, yang dipopulerkan oleh penulis seperti Zecharia Sitchin, menunjukkan bahwa beberapa pengetahuan dan teknologi kuno, termasuk yang mungkin berkaitan dengan putri duyung, bisa berasal dari interaksi awal antara manusia dan makhluk dari luar angkasa.

Artefak seperti yang ditemukan di Kota Tushpa, Turki, yang menggambarkan benda yang mirip dengan pesawat ruang angkasa, mendukung teori ini.

Putri duyung, meski sering dianggap sebagai makhluk fiksi, memiliki akar yang mendalam dalam mitologi dan sejarah manusia sebagai simbol dari keajaiban, misteri, dan interaksi manusia dengan alam.

Melalui penelitian arkeologis dan penjelajahan literatur kuno, kita dapat melihat bahwa narasi seputar putri duyung tidak hanya menghibur tetapi juga menawarkan wawasan tentang bagaimana manusia memahami dunia di sekitar mereka.

Mungkin, di masa depan, kita akan menemukan lebih banyak bukti yang menghubungkan mitos putri duyung dengan realitas historis, memperkaya pemahaman kita tentang masa lalu umat manusia yang penuh misteri.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler