Pahlawan Nasional dari Bulukumba: Andi Sultan Daeng Radja diam-diam mengikuti Sumpah Pemuda

28 Oktober 2023, 23:01 WIB
Andi Sultan Daeng Radja, Pahlawan Nasional Indonesia dari Bulukumba, Sulawesi Selatan. /Foto Repro: Buku 'Inspiring Bulukumba'

WartaBulukumba.Com - Di usia muda yang masih segar, langkah Andi Sultan Daeng Radja telah menapaki jejak sejarah yang mendalam. Diam-diam, tanpa sorot mata yang mengawasi, ia menapaki lorong-lorong kota Batavia, mengikuti jejak pergerakan pemuda yang bergejolak.

Pada suatu perjumpaan yang mungkin tampak sebagai titik balik takdir, kongres pemuda bergemuruh, mencetuskan janji-janji yang menggelora, menciptakan Sumpah Pemuda yang kemudian terukir dalam jangka waktu panjang dan menjadi batu loncatan bagi perjalanan bangsa.

Pahlawan Nasional RI dari Bulukumba, Andi Sultan Daeng Radja, dijuluki pula "Karaeng Kacamata" lantaran tak pernah lepas dari kacamata, bukan semata-mata untuk melindungi pandangannya. Kacamata itu menjadi cermin tajamnya pandangan, memantulkan tekad dan semangat yang menggelora di dalam hatinya.

Pengasingan, yang menjadi nasib banyak pejuang pada masa itu, juga menjadi takdir bagi Andi Sultan Daeng Radja. Hanya para pejuang yang memiliki pengaruh dan kharisma yang besar yang diputuskan untuk diasingkan dari wilayah pengaruh dan kekuasaannya. Mengasingkan pejuang dianggap lebih aman daripada membunuh mereka, terutama jika mereka memiliki darah bangsawan. Itu adalah strategi untuk mempertahankan kekuasaan.

Baca Juga: Menengok suasana Ramadhan di Bulukumba pada masa penjajahan Belanda

Salah satu buku yang merinci perjuangan dan sosok Andi Sultan Daeng Radja adalah "Biografi Pahlawan Haji Andi Sultan Daeng Radja Karaeng Gantarang Bulukumba." Buku ini, yang disusun oleh M. Basri Padulungi, merupakan salah satu catatan berharga tentang sejarah perjuangan pejuang ini.

Jejak perjuangan Andi Sultan Daeng Radja juga terselip dalam buku "Inspiring Bulukumba" yang ditulis oleh Alfian Nawawi. Buku ini menggambarkan bagaimana perjuangan beliau memengaruhi seluruh masyarakat di Bulukumba.

Lahir dari Keluarga Bangsawan

Andi Sultan Daeng Radja lahir pada tanggal 20 Mei 1894, di Saorajae, Matekko Gantarang, wilayah Kabupaten Bulukumba sekarang. Dia berasal dari keluarga bangsawan dan sejak kecil telah mendapat pelajaran agama dan sopan santun. Kedisiplinannya dan kesetiaannya terhadap orang tuanya tampak dalam seluruh aspek hidupnya, termasuk dalam karir politik dan pemerintahan.

Baca Juga: Ikuti Sumpah Pemuda, diam-diam Andi Sultan Daeng Radja berangkat dari Bulukumba ke Batavia

Pendidikan formalnya dimulai dengan masuk sekolah Volksschool (Sekolah Rakyat) selama tiga tahun di Bulukumba. Setelah menyelesaikan Volksschool, beliau melanjutkan pendidikannya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Bantaeng. Kemudian, Andi Sultan Daeng Radja melanjutkan ke Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Makassar.

Setelah menyelesaikan pendidikan di OSVIA pada tahun 1913, Andi Sultan Daeng Radja menjadi juru tulis kantor pemerintahan Onder Afdeeling Makassar. Melalui berbagai pergeseran jabatan, akhirnya, beliau menduduki posisi penting sebagai kepala pajak.

Namun, perjuangan sejati Andi Sultan Daeng Radja dimulai ketika kesewenangan dan penindasan pemerintah Belanda terhadap rakyat Bulukumba memicu semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semangat tersebut mengantarkannya ke Kongres Pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928, yang melahirkan Sumpah Pemuda.

Baca Juga: Menelusuri sejarah awal masuknya Islam ke Bulukumba, ketika tasawuf bertemu mistisisme

Andi Sultan Daeng Radja juga terlibat dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta, yang mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Kesetiaannya terhadap perjuangan kemerdekaan sangat kuat, dan dia terlibat dalam momen-momen bersejarah yang mengarah pada kemerdekaan Indonesia.

Ditangkap NICA

Setelah proklamasi kemerdekaan, perjuangan tidak berakhir. Kehadiran tentara sekutu di Indonesia, termasuk Bulukumba, membuat keadaan semakin tidak menentu. Andi Sultan Daeng Radja tidak bersedia berhubungan dengan pemerintahan kolonial Belanda dan tentara NICA yang ingin menjajah kembali Indonesia.

Penangkapannya oleh NICA pada tanggal 2 Desember 1945 hanya memicu lebih banyak perlawanan rakyat Bulukumba.

Andi Sultan Daeng Radja menjadi semacam "Bapak Agung" dalam organisasi perlawanan bersenjata yang dinamakan Laskar Pemberontak Bulukumba Angkatan Rakyat (PBAR). Meskipun dipenjara, pengaruhnya tetap kuat, dan dia memberi perintah kepada PBAR melalui keluarganya yang menjenguknya.

Setelah lima tahun penahanan, pada tanggal 17 Maret 1949, Andi Sultan Daeng Radja diasingkan ke Menado, Sulawesi Utara, hingga 8 Januari 1950. Meskipun diasingkan, semangatnya untuk mempertahankan kemerdekaan tidak luntur.

Andi Sultan Daeng Radja adalah salah satu tokoh yang mendukung terwujudnya negara kesatuan Indonesia. Dia juga mengambil peran penting dalam mendukung pemerintahan Republik Indonesia hasil proklamasi kemerdekaan.

Meskipun dia telah menghadapi penangkapan, pengasingan, dan berbagai tantangan lainnya, semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan tidak pernah padam.

Perjuangan beliau diakui oleh Pemerintah Indonesia, dan pada tahun 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana kepada Andi Sultan Daeng Radja. Penghargaan ini adalah pengakuan atas peran pentingnya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.***

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler