Mengenal lebih dekat kawasan adat Ammatoa Kajang di Bulukumba yang dikunjungi Tyas Mirasih

7 Agustus 2022, 06:21 WIB
Tyas Mirasih saat berada di kawasan adat Ammatoa Kajang, Bulukumba. /Instagram.com/@tyasmirasih

WartaBulukumba - Menemui kawasan adat Ammatoa Kajang di Kabupaten Bulukumba, Sulsel, niscaya serupa menemui sebuah wajah unik dari Nusantara.

Di kawasan adat Ammatoa Kajang atau disebut juga kawasan Tanatoa, ada sebuah entitas yang sangat teguh memegang dan mempertahankan adat istiadat.

Keteguhan adat dan berbagai keunikan dalam  budaya mereka mengundang banyak peneliti masuk ke kawasan adat Ammatoa Kajang.

Baca Juga: Pancasila sudah ada di Bulukumba ribuan tahun silam dalam tradisi demokrasi Ammatoa Kajang

Para peneliti berdatangan dari dalam maupun luar negeri untuk menelusuri lebih banyak berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat di kawasan adat Ammatoa Kajang.

Baru-baru ini artis Tyas Mirasih juga berkunjung ke Ammatoa Kajang. Tyas Mirasih dalam rangka syuting program Tanah Air Beta sekaligus berlibur ke pantai Bara dan kawasan adat Ammatoa Kajang.

Momen keberadaan Tyas Mirasih di Bulukumba, dibagikan di Instagramnya, sejak Rabu 3 Agustus 2022 lalu. Sebuah video memvisualisasikan saat Tyas Mirasih diajarkan dialek konjo.

Baca Juga: Mengenal pola hidup unik Ammatoa Kajang di Kabupaten Bulukumba Sulsel

"Day 1," tulis Tyas Mirasih.

Tidak hanya menikmati keindahan laut Kota Bulukumba, seperti pantai Bara dan Tanjung Bira, Tyas Mirasih juga ditemani kekasihnya, Tengku Tezi.

"Adat Ammatoa Kajang," tulis Tyas dalam keterangan foto yang diunggahnya sambil memakai pakaian serba hitam.

Saat melangsungkan syuting itulah, seorang netizen, Puang Rina Satgo, lantas membagikanya di media sosial.

Baca Juga: Bertandang ke rumah filosofi Ammatoa Kajang di Bulukumba

Mengenal Kawasan Adat Ammatoa Kajang

Sejumlah literatur menguraikan Ammatoa Kajang dari berbagai perspektif .

Beberapa di antaranya buku berjudul ”Spektrum Sejarah Budaya dan Tradisi Bulukumba” penulis dan penerbit Lephas, 2005, buku buku “Ammatoa Komunitas Berbaju Hitam” yang ditulis oleh Yusuf Akib, penerbit Pustaka Refleksi, terbit tahun 2008 dan buku "Komunitas Ammatoa dan Pasang Ri Kajang" yang ditulis Muhammad Arief Saenong pada tahun 2010.

Ada lima desa yang masuk kawasan adat Ammatoa Kajang yaitu Desa Tana Toa, Desa Sangkala, Desa Maleleng, Desa Pattiroang, dan Desa Batu Nilamung atau biasa juga disebut Tana Kamase-masea, yang dihuni oleh komunitas Ammatoa.

Baca Juga: Ammatoa Kajang di Bulukumba, telusur miniatur ideal peradaban di Tanah Kamasemasea

Wilayah adat ini biasa juga disebut Ilalang Embaya, artinya di dalam kawasan adat atau Kajang dalam. Selain Tana Kamase-masea, dalam wilayah Kecamatan Kajang dikenal pula Tana Koasaya, yaitu Kelurahan dan desa di luar kelima desa tersebut di atas.

Wilayah ini biasa juga disebut I pantarang Embaya atau Kajang Luar, artinya tanah di luar wilayah adat.

Ada dua versi yang berbeda tentang istilah Kajang. Dalam pengertian sebagai Kecamatan Kajang, berbeda dengan Kajang dalam pengertian Pasang (Adat).

Baca Juga: Menelusuri Kajang dari pojok sejarah dan geografi

Demikian pula halnya penduduk dalam Kecamatan Kajang berbeda dengan pengertian masyarakat atau komunitas Ammatoa. Meskipun dua kelompok tersebut masing-masing menghuni Kecamatan Kajang.

Sebelum pemekaran desa, kawasan adat masyarakat Kajang, berada dalam administratif desa Tana Toa dan beberapa dusun di desa sekitarnya.

Itulah sebabnya sehingga wilayah Tana Kamase-masea ini disebut juga kawasan adat tanah toa/ kawasan adat Ammatoa. Namun, setelah perubahan peta pemerintahan, kawasan adat Kajang berada dalam administratif kelima desa tersebut.

Baca Juga: Semasa kecilnya di Kajang Bulukumba Imam Besar Masjid Al Hikmah New York 'hobi berkelahi'

Untuk memasuki kawasan adat Tanatoa, dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun pribadi.

Kawasan adat ini berjarak ± 200 km dari Kota Makassar. Dari kota Bulukumba, lokasi kawasan adat Tana Toa berjarak ± 55 km.

Untuk mengunjungi kawasan adat Kajang, ada dua jalur yang dapat ditempuh.

Pengunjung bisa melalui Kota Bulukumba namun pada umumnya pengunjung melewati Tanete, Ibu Kota Kecamatan Bulukumpa, lebih kurang 15 km dari kota Tanete jurusan Kassi.

Baca Juga: Camat Kajang dilantik sebagai Labbiria ri Kajang Bulukumba

Pengunjung dapat berbelok kiri di pertigaan Desa Batulohe. Melalui jalur ini relatif mudah ditempuh karena sarana jalanan sudah diaspal.

Kendaraan roda empat maupun roda dua dapat masuk sampai di pintu gerbang kawasan adat Ammatoa.

Mulai dari pintu gerbang, pengunjung harus menggunakan pakaian khas adat Kajang dengan warna hitam, termasuk destar atau ikat kepala. Selanjutnya pengunjung harus berjalan kaki untuk memasuki kawasan adat.

Dalam perjalanan menuju kawasan adat, pengunjung sudah dapat melihat warga Kajang beraktivitas dengan ciri khas pakaian hitam.

Pakaian hitam dengan sedikit garis putih, mulai dari dompe/passapu (destar/ikat kepala) baju, sarung dan celana bagi kaum pria.

Sedangkan pakaian untuk kaum wanita, mereka memakai baju dan sarung yang semuanya berwarna hitam.

Penggunaan warna hitam bagi komunitas Ammatoa Kajang bermakna kegelapan (kematian).

Mereka menganut faham/ filosofi bahwa manusia harus selalu mengingat kematian, dan untuk selanjutnya kehidupan di alam akhirat. Penggunaan warna hitam pada pakaian mereka, dengan pertimbangan tidak cepat kotor.

Karena mereka senantiasa memakai pakaian berwarna hitam sehingga komunitas adat ini sering juga disebut dengan Suku Kajang Le’leng, yang berarti orang Kajang hitam.

Kawasan inti pemukiman komunitas adat Kajang, berada di Desa Maleleng ± 800 meter dari pintu gerbang masuk kawasan adat Ammatoa Kajang.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler