Jelajah kue tradisional khas Bulukumba: Lumuran cinta pada dumpi eja dari Kajang

- 29 Februari 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi kue dumpi eja khas Bulukumba
Ilustrasi kue dumpi eja khas Bulukumba /Instagram.com/@ridho_konjo88

Mari kita mendalami resep kue dumpi eja ini, sebuah perjalanan rasa yang menggugah dan mengajak kita menyelami lebih dalam kearifan kuliner Nusantara.

Pertama-tama, beras ketan, yang telah direndam dalam waktu yang cukup, sekitar 5 hingga 10 jam, menjadi bahan utama. Proses perendaman ini bukan sekadar persiapan, tetapi juga simbol dari kesabaran dan antisipasi. Beras ketan ini kemudian ditumbuk hingga halus, sebuah langkah yang seakan berbicara tentang pentingnya ketelitian dan dedikasi dalam mengolah bahan.

Baca Juga: Barongko pisang gula merah, Indonesian cake khas Bulukumba Sulawesi Selatan

Gula merah, yang telah disisir dengan halus, menjadi pelengkap yang sempurna. Ia bukan hanya memberikan rasa manis, tetapi juga nuansa karamel yang khas, seakan mengingatkan kita pada kenangan manis masa lalu. Campuran beras ketan dan gula merah ini, ketika diaduk bersama, menciptakan harmoni rasa yang unik.

Adonan yang telah tercampur, kemudian diberi sedikit air untuk memudahkan pengadukan. Proses ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap kreasi, kadang diperlukan sentuhan kecil untuk mencapai konsistensi yang ideal. Adonan yang telah menjadi kenyal dan kalis, adalah bukti dari keberhasilan kesabaran dan usaha yang telah dilakukan.

Sebagai tambahan, wijen yang dituangkan ke dalam adonan dan dibiarkan selama 12 jam, memberikan tekstur dan rasa yang menambah kekayaan kue ini. Wijen, dengan rasa khasnya, seakan memberikan karakter dan kedalaman pada dumpi eja.

Setelah adonan siap, proses penggorengan menjadi tahap akhir yang menentukan. Adonan yang digoreng hingga sempurna, membentuk kue yang tidak hanya lezat, tetapi juga memikat mata. Kue dumpi eja yang renyah dan hangat ini, ketika disajikan, menjadi saksi dari perjalanan kuliner yang telah dilalui.

Baik disantap hangat maupun dingin, dumpi eja selalu mampu menyuguhkan pengalaman rasa yang memuaskan. Setiap gigitannya adalah perayaan dari kesederhanaan yang bertransformasi menjadi kelezatan yang tak terlupakan.

Melalui proses pembuatan yang penuh filosofi, dumpi eja bukan hanya sebuah kue, tetapi juga cerita yang diceritakan melalui rasa, tekstur, dan aroma. Ia adalah warisan kuliner yang mengajarkan kita tentang nilai kesabaran, kerja keras, dan keindahan dalam kesederhanaan.**(Israwaty Samad)

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah