WartaBulukumba.Com - Di tengah pesona Nusantara yang memukau, permata kuliner ini membawa kita menjelajahi lintasan memori dan tradisi. Kita berbicara tentang sebuah kue tradisional dari Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang bernama dumpi eja, sebuah karya kuliner yang menjadi saksi akan kekayaan budaya masyarakat Kajang.
Kue yang telah melintasi zaman, dumpi eja, adalah simbol kenangan dan nostalgia, resep yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Kajang. Rasanya yang manis, berpadu dengan tekstur lembut dan kenyal, seakan menceritakan kisah masa lalu yang indah dan hangat. Setiap gigitannya, membawa kenikmatan yang semakin bertambah, membawa kita pada perjalanan rasa yang tak terlupakan.
Dibuat dari bahan-bahan sederhana, beras ketan dan gula merah, dumpi eja adalah bukti bahwa kelezatan sejati tidak memerlukan kemewahan. Bahan-bahannya sederhana, namun ketika diracik dengan tangan-tangan yang penuh cinta dan kearifan, muncullah sebuah kue yang tak hanya menyenangkan lidah, tapi juga menyentuh hati.
Memiliki nilai sakral
Proses pembuatannya, yang dilakukan dengan gotong royong, bukan hanya tentang membuat kue, tapi juga tentang memelihara nilai-nilai kebersamaan dan kerja sama. Pembuatan dumpi eja menjadi momen di mana komunitas berkumpul, berbagi tawa dan cerita, mengukuhkan ikatan sosial yang telah terjalin lama.
Kue ini juga sarat akan nilai-nilai sakral. Tidak heran, dumpi eja sering dihadirkan dalam berbagai hajatan dan acara adat, sebagai simbol dari berkah dan harapan baik. Dalam upacara pernikahan, misalnya, dumpi eja menjadi bagian penting, terutama bagi mereka yang masih lajang, sebagai simbol harapan untuk menemukan pasangan hidup.
Mitos dan kepercayaan yang menyelimuti kue ini, seperti kepercayaan bahwa muda-mudi yang memakannya akan segera mendapatkan jodoh, menambahkan lapisan cerita dan makna yang mendalam bagi dumpi eja.
Proses pembuatan dumpi eja
Bagi Anda yang ingin mencoba membuatnya sendiri, prosesnya adalah sebuah perjalanan yang membutuhkan kesabaran.