Network
WartaBulukumba - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menyebut KPop sebagai "kanker ganas".
Semua radio dan televisi diatur hanya untuk 'menikmati' siaran pemerintah komunis itu. Rakyat Korea Utara tidak boleh menggunakan internet global. Jika membangkang maka eksekusi mati adalah jawabannya.
Meski begitu, segelintir orang Korea Utara diam-diam menonton film dan drama TV Korea Selatan. Ketika ekonomi Korea Utara mengalami kesulitan di tengah pandemi dan sanksi internasional, pembelotan ke Korea Selatan terus berlanjut.
Baca Juga: Krisis pangan mendera Korut, Kim Jong-un meminta rakyatnya mengurangi makan hingga 2025
Mereka menyeberang untuk melintasi budaya dan konstitusi di negaranya.
Setidaknya tujuh orang telah dihukum mati dalam satu dekade terakhir karena menonton atau mendistribusikan video KPop di Korea Utara.
Dilansir dari NY Times, 15 Desember 2021, Kelompok Kerja Keadilan Transisi, yang berbasis di Seoul, mewawancarai 683 pembelot Korea Utara sejak 2015 untuk membantu memetakan tempat-tempat di Utara di mana orang-orang dibunuh dan dikubur dalam eksekusi publik yang disetujui negara.
Dalam laporan terbarunya, kelompok tersebut mengatakan telah mendokumentasikan 23 eksekusi semacam itu di bawah pemerintahan Kim.
Baca Juga: Kim Jo Yong adalah 'rudal balistik' sosok pengganti Kim Jong Un?
Editor: Alfian Nawawi
Sumber: NY Times
Tags
Artikel Pilihan
Terkait
Terkini
Imam Shamsi Ali: OKI harus berada di garda terdepan membela Palestina
Meluruskan narasi Zionis dan para sekutunya: Bukan konflik dan bukan 7 Oktober
Stok pangan rakyat Palestina di Gaza selatan akan habis dalam beberapa jam lagi
