Zionis dan Hamas sama-sama klaim kemenangan setelah gencatan senjata

- 22 Mei 2021, 09:02 WIB
Warga Gaza Palestina turun ke jalan rayakan kesepakatan gencatan senjata Hamas -Zionis.
Warga Gaza Palestina turun ke jalan rayakan kesepakatan gencatan senjata Hamas -Zionis. /REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

WartaBulukumba - "Bagaimana dunia bisa menyebut dirinya beradab?" tanya Abu Ali yang berdiri di samping puing-puing blok menara setinggi 14 lantai.

Ia adalah seorang warga Gaza yang menemui lingkungan tempat tinggalnya tampak seolah-olah baru saja dihantam tsunami.

Malam kemarin, dengan yel-yel dan bendera orang-orang Palestina berhamburan ke jalan-jalan di Jalur Gaza beberapa sesaat setelah gencatan senjata itu disepakati.

Baca Juga: Belum cukup 24 jam gencatan senjata, serdadu Zionis menembaki jemaah salat Jumat di Masjid Al Aqsha

Negara Zionis dan Hamas sama-sama mengklaim kemenangan pada hari Jumat 21 Mei 2021 setelah pasukan mereka mengakhiri pertempuran selama 11 hari.

Saat yang sama ketika warga Palestina dan Zionis mulai menghitung-hitung skala kerusakan,

Namun pejabat kemanusiaan memperingatkan bahwa kerusakan di Jalur Gaza akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dibangun kembali.

Baca Juga: Subduksi Lempeng Indo-Australia pemicu gempa di Blitar

Sebuah 'klaim' juga datang dari Gedung Putih yang mengatakan Washington berada di balik layar kesepakatan gencatan senjata.

Washongton menyatakan telah menerima jaminan dari pihak terkait bahwa mereka berkomitmen untuk gencatan senjata.

Pejabat Palestina menetapkan biaya rekonstruksi puluhan juta dolar, sementara para ekonom mengatakan pertempuran itu dapat mengekang pemulihan ekonomi Zionis dari pandemi Covid-19.

Lima mayat lagi diangkat dari puing-puing Gaza, menjadikan korban tewas menjadi 248, termasuk 66 anak-anak, dengan lebih dari 1.900 luka-luka.

Baca Juga: Komunitas Pejuang Subuh Bulukumba akan menghadirkan UAS pada September 2021

Militer Zionis mengatakan seorang tentaranya telah tewas serta 12 warga sipil, termasuk dua anak. Ratusan orang dirawat karena cedera setelah tembakan roket yang menyebabkan kepanikan dan mengirim orang-orang sejauh mungkin dari Tel Aviv ke tempat penampungan.

Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Harris mengatakan fasilitas kesehatan Gaza terancam kewalahan oleh ribuan orang yang mengalami cedera.

Dia menyerukan akses segera ke Jalur Gaza untuk persediaan kesehatan dan personel.

Baca Juga: Kebohongan jurnalis BBC terkait wawancara dengan Putri Diana terungkap

"Tantangan sebenarnya adalah penutupan," katanya dalam pengarahan virtual PBB.

Gaza telah bertahun-tahun menjadi sasaran blokade Zionis yang membatasi perjalanan orang dan barang, serta pembatasan oleh Mesir.

Kedua negara mengutip kekhawatiran tentang senjata yang mencapai Hamas, kelompok Islam yang mengendalikan Gaza dan memimpin serangan roket. Warga Palestina mengatakan pembatasan itu sama dengan hukuman kolektif terhadap 2 juta penduduk Gaza.

Baca Juga: BioNTech klaim vaksin Pfizer-nya kemungkinan efektif melawan virus varian baru India

Fabrizio Carboni, direktur regional Komite Internasional Palang Merah, menggemakan seruan WHO untuk pasokan medis yang mendesak. Dia menambahkan, "Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali - dan bahkan lebih untuk membangun kembali kehidupan yang retak."

Presiden AS, Joe Biden mengatakan pada hari Kamis 20 Mei 2021 bahwa bantuan akan dikirim dengan cepat ke Gaza, tetapi dikoordinasikan dengan Otoritas di Palestina, yakni Hamas yang didukung Barat di Tepi Barat yang diduduki, "dengan cara yang tidak mengizinkan Hamas untuk mengisi kembali persenjataan militernya" .

 

Zionis mengatakan Hamas, Jihad Islam dan kelompok militan lainnya menembakkan sekitar 4.350 roket dari Gaza selama konflik, di mana sekitar 640 roket jatuh ke Jalur Gaza.

Baca Juga: Partai Republik AS: Ada bukti Covid-19 berasal dari laboratorium Wuhan dan militer China 'terlibat'

Militer Zionis juga merinci bahwa 90% dari semua roket yang melintasi perbatasan telah dicegat oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome.

Kepala Hamas, Ismail Haniyeh menyebut pertempuran itu sebagai perlawanan yang berhasil terhadap musuh yang lebih kuat secara militer dan ekonomi.

"Kami akan membangun kembali apa yang dihancurkan oleh pendudukan Zionis dan memulihkan kemampuan kami," katanya.*** 

 

Editor: Sri Ulfanita

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah