Jika merujuk ramalan Nostradamus, Iran serang Israel Penjajah pertanda dimulainya Perang Dunia III?

14 April 2024, 18:32 WIB
Serangan drone Iran ke wilayah zionis Israel Penjajah / /Reuters

WartaBulukumba.Com - Seiring bunyi sirene serangan udara yang berdengung mulai dari utara dan selatan 'Israel' hingga Tepi Barat utara dan bahkan Laut Mati, rujukan ramalan Nostradamus tentang perang laut dan konflik geopolitik kembali menyeruak.

Lembaran-lembaran catatan mengerikan dari ramalan global Nostradamus kembali dibuka, sesaat setelah hujan api drone Iran menghunjam Tel Aviv, kota terpenting milik Israel Penjajah.

Serangan pedana itu tercatat pada Ahad, 13 April 2024, Iran meluncurkan serangan menggunakan drone bunuh diri, misil, dan roket ke negara Zionis, yang mengejutkan dunia.

Baca Juga: Putra dan cucunya tewas, Kepala Biro Politik Hamas tegaskan Zionis tak akan berhasil mencapai tujuannya

Kemungkinan Perang Dunia III

Dalam sebuah ulasan, Hindustan Times pada Ahad, 14 April 2024 menyebutkan bahwa seiring Iran melancarkan serangan dari berbagai front dengan drone bunuh diri, misil, dan roket yang secara langsung menantang 'Israel', pengguna internet khawatir tentang kemungkinan pecahnya Perang Dunia III.

Banyak yang meyakini jika Perang Dunia III terjadi, akan ada dua kubu: satu dengan NATO, Amerika Serikat, Israel, dan Inggris Raya, dan kubu lain dengan Rusia, Cina, Iran, Yaman, dan Korea Utara.

Seorang pengguna internet menulis, “Ketakutan akan persaingan Iran dan Israel 'bisa memicu Perang Dunia III' dengan Vladimir Putin 'menggosok tangannya.”

Baca Juga: Israel Penjajah sesumbar melawan Iran tapi 6 bulan perang di Gaza tak mampu mengalahkan Hamas

"Jerman bergabung dengan Amerika Serikat, Inggris Raya, Prancis, dan Polandia selama Perang Dunia III," tulis yang lain.

Nostradamus, seorang astrolog Prancis abad ke-16 yang terkenal, sering dijuluki sebagai nabi kehancuran karena prediksinya yang sering kali menimbulkan ketakutan.

Dalam bukunya "Les Prophecies" (Ramalan-ramalan), Nostradamus telah membuat beberapa ramalan menakutkan untuk tahun 2024, beberapa di antaranya telah menjadi kenyataan sementara yang lain masih berlangsung.

Baca Juga: Geopolitik tak bisa diprediksi, Kim Jong Un ungkap Korea Utara harus lebih bersiap lagi hadapi perang

Misalnya, ia meramalkan akan terjadi perang laut yang mengerikan yang akan disaksikan dunia pada tahun 2024. Sungguh mengerikan, bukan?

Salah satu ayat yang diterjemahkan berbunyi, "Musuh merah akan pucat ketakutan, membuat Samudra Besar dalam ketakutan."

Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa pernyataan khusus ini terkait dengan ketegangan antara Cina dan Taiwan, namun serangan terbaru oleh Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah tampak lebih relevan.

Serangkaian serangan di wilayah sekitarnya telah serius mengganggu perdagangan internasional, terutama dalam industri minyak yang bergantung pada Laut Merah. Selain itu, serangan Iran terhadap 'Israel'menambah lapisan kompleksitas lain yang semakin membuat situasi di Timur Tengah tidak stabil.

'Israel', yang sudah terlibat konflik dengan Palestina, mengalami serangan berturut-turut pada tanggal 13 April, saat Iran menggunakan tanah sekutunya, Suriah, Yaman, dan Irak, untuk meluncurkan drone ke arah 'Israel'.

Serangan ini datang setelah serangan udara di Damaskus yang menghancurkan konsulat Iran, di mana 12 orang tewas, termasuk dua jenderal Iran berpangkat tinggi, dan setelah Teheran mengancam akan menyerbu Tel Aviv.

Serangan misil sebelumnya oleh AS dan Inggris terhadap pemberontak yang didukung Iran di Yaman barat telah mengakibatkan ancaman balasan dari kelompok Syiah.

Konflik ini telah berlangsung selama beberapa tahun, dengan Arab Saudi yang didukung oleh AS dan sekutunya terlibat di sisi Sunni.

Di tengah malam yang tenang, langit Timur Tengah menjadi saksi bisu atas sebuah kolaborasi militer yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Menurut laporan dari Yedioth Ahronoth, sebuah harian terkemuka di 'Israel', pihak Yordania dengan sigap mengintersepsi puluhan drone yang dikirimkan Iran menuju 'Israel'.

Ini merupakan pertama kalinya Yordania dan 'Israel' bersatu padu dalam operasi pertahanan udara.

Solidaritas global semakin menguat untuk Palestina

Ribuan mil jauhnya di Manchester, kegeraman dan solidaritas terhadap Palestina mengalir kuat di jantung kota.

Ribuan pengunjuk rasa, diliputi oleh rasa kemanusiaan yang mendalam, turun ke jalan-jalan yang dingin, membawa spanduk dan nyanyian yang menyerukan embargo senjata terhadap 'Israel' dan mengakhiri apa yang mereka gambarkan sebagai genosida terhadap warga Gaza.

Di ujung barat Eropa, di kota Derry, Irlandia, solidaritas tersebut mengambil bentuk yang lebih artistik dan simbolis.

Aktivis-aktivis setempat memilih tangga yang berada di bawah Jembatan Foyle sebagai kanvas mereka, mewarnainya dengan motif bendera Palestina.

Ini adalah sebuah pernyataan, sebuah bentuk dukungan visual bagi rakyat Palestina yang tengah menghadapi hari-hari yang kelam.

Pasukan 'Israel' telah mengunci pintu-pintu masuk ke desa Al Mughayir, timur laut Ramallah, mencegah penduduk lokal dari keluar masuk ke desa mereka sendiri. Kebijakan ini menambah daftar panjang pembatasan yang menghantui kehidupan sehari-hari warga Palestina.

Kekerasan meningkat di Betlehem, dimana pemukim 'Israel', bersenjata dan penuh amarah, menyerang desa Khirbat Zakria. Desa ini sekarang berdiri di garis depan konflik, dengan seruan pertahanan dari berbagai penjuru menggema untuk melindungi yang tak berdaya.

Tragedi juga terjadi di lautan, seperti dilaporkan oleh Palestine Info Center. Tiga anak Palestina mengalami luka serius setelah tenggelam saat mencoba menjangkau bantuan dari pesawat yang terjatuh di atas Laut Mediterania, sebuah peristiwa yang memilukan yang menyoroti tingkat keputusasaan di antara pengungsi.

Kembali di Gaza, tanpa mendapatkan izin dari militer 'Israel', beberapa keluarga Palestina memilih untuk mengambil risiko besar dengan kembali ke utara Gaza. Dengan nekat, mereka melintasi pos-pos pemeriksaan yang memisahkan utara dan selatan Gaza, sebuah langkah berbahaya namun penuh harapan untuk kembali ke rumah dan tanah yang mereka cintai.

Serangan-serangan udara 'Israel' tidak kenal henti, kali ini mengguncang kamp pengungsi Nusseirat di Jalur Gaza. Korban jiwa dan luka-luka kembali bertambah, sebuah catatan kelam dalam sejarah konflik yang tampaknya tidak ada habisnya.

Laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan kebrutalan yang tidak terperi: dalam 24 jam terakhir, empat pembantaian terhadap keluarga-keluarga di Gaza telah dilakukan, menewaskan 43 orang dan melukai 62 lainnya.

Kekerasan ini merupakan bagian dari catatan tragis yang lebih besar. Sejak 7 Oktober tahun lalu, lebih dari 33,729 warga Palestina telah gugur, dan 76,371 lainnya terluka, menurut data resmi.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler