Laut Merah membara: Joe Biden berjanji terus melancarkan serangan terhadap Houthi di Yaman

19 Januari 2024, 13:27 WIB
Serangan baru yang diluncurkan dari jet tempur milik AS-Inggris di 5 kota wilayah Yaman yang dikuasai Kelompok Houthi pada 18 Januari 2024. /Anadolu/

WartaBulukumba.Com - Laut Merah berbisik. Ombaknya membawa kisah-kisah lama, tentang kapal-kapal yang berlayar, mencari kekayaan dan terkadang kekuasaan. Tapi kini, lautan itu menjadi saksi bisu pertempuran baru, sebuah perang yang tak hanya mengguncang airnya tetapi juga menggoyahkan fondasi perdamaian di kawasan itu.

Ketika matahari terbenam, warna merah darah memantul dari perairan itu, bukan karena terbenamnya matahari, melainkan karena ledakan yang tiada henti.

Rudal-rudal Houthi, seperti naga yang marah, meluncur dan menghantam sasaran di lautan ini – kapal-kapal yang berafiliasi dengan penjajah 'Israel'. Setiap dentuman, setiap kilatan api, bukan hanya meretakkan lambung kapal, tetapi juga menorehkan luka baru pada stabilitas regional yang sudah rapuh.

Baca Juga: Rakyat Palestina di Gaza didera kelaparan, penyakit dan dehidrasi

Kebijakan Biden dan Tanggapan Yaman

Di tengah laut yang tenang namun berbahaya, sebuah pertempuran tak kasat mata kembali mengemuka. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, berjanji akan terus melancarkan serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman. Namun, ia mengakui bahwa tindakan militer tersebut belum berhasil menghentikan serangan terhadap pengiriman komersial.

Biden mengungkapkan hal ini pada Kamis, setelah Amerika Serikat melakukan serangan kelima terhadap target di wilayah yang dikuasai Houthi. Komando Pusat AS (CENTCOM) menyatakan telah menghancurkan dua rudal anti-kapal yang dianggap sebagai ancaman segera bagi kapal dagang dan kapal Angkatan Laut AS di kawasan tersebut.

Baca Juga: Update perang di Gaza: Tak hanya tank, pejuang Palestina juga merontokkan helikopter penjajah 'Israel'

Diwartakan Al Jazeera pada Jumat, 19 Januari 2024, ketika ditanya apakah serangan terhadap kelompok pemberontak itu efektif, Biden mengakui bahwa serangan tersebut belum menghentikan serangan terhadap pengiriman internasional di Laut Merah.

"Apakah mereka menghentikan Houthi? Tidak," ujar Biden. "Apakah mereka akan terus dilakukan? Ya."

Juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, menyatakan dalam konferensi pers bahwa keputusan untuk menghentikan serangan berada di tangan Houthi. "Kami tidak pernah mengatakan bahwa Houthi akan segera berhenti," kata Singh.

Baca Juga: AS dan Inggris mengebom ibukota Yaman: Perang Dunia Ketiga sudah dimulai dari Timur Tengah?

"Sejak Kamis, kami telah berhasil merusak, mengganggu secara serius, dan menghancurkan sejumlah besar kemampuan mereka. Namun, keputusan untuk menghentikan serangan terhadap kapal dagang dan pelaut yang tidak bersalah yang melewati Laut Merah tergantung pada mereka."

Singh juga menegaskan bahwa AS tidak menganggap dirinya berperang dengan Houthi dan bahwa tindakannya adalah bentuk pertahanan diri.

"Kami tidak berpikir bahwa kami sedang berperang. Kami tidak ingin melihat perang regional," ujar Singh.

"Houthi-lah yang terus meluncurkan rudal jelajah dan rudal anti-kapal kepada pelaut yang tidak bersalah, kepada kapal dagang yang hanya melintasi wilayah yang melihat sekitar 10 hingga 15 persen perdagangan dunia."

Balasan dari Yaman: Pernyataan Jenderal Yahya Saree

Di sisi lain, Angkatan Bersenjata Yaman, melalui pernyataan Jenderal Yahya Saree, menanggapi situasi ini. Mereka menyatakan telah melakukan operasi penargetan terhadap kapal Amerika di Teluk Aden dengan menggunakan rudal angkatan laut, serangan yang diklaim berhasil.

Mereka menegaskan bahwa respons terhadap serangan Amerika dan Inggris pasti akan terjadi dan setiap serangan baru tidak akan dibiarkan tanpa balasan. Jenderal Saree juga menegaskan bahwa navigasi di Laut Arab dan Laut Merah akan terus berlanjut ke semua tujuan di seluruh dunia, kecuali pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki.

Dalam kisah ini, yang teranyam adalah narasi perjuangan dan kekuatan, di mana Yaman memperlihatkan tekadnya untuk menjadi negara yang merdeka, kuat, dan mandiri.

"Kemenangan adalah milik Yaman dan seluruh rakyat bebas di negara ini," tegas Jenderal Yahya Saree, menandai sebuah pernyataan keberanian di tengah pergolakan regional.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler