Persekutuan Kim Jong Un dengan Putin adalah awal Perang Dunia Ketiga?

14 September 2023, 21:56 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (Kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan). /KCNA via Reuters/

WartaBulukumba.Com - Korea Utara dan Rusia hari ini sama-sama suka 'perang', sama-sama 'kiri' secara ideologis, dan terpenting adalah sama-sama senasib 'dimusuhi' oleh Amerika Serikat bersama sekutu-sekutunya.

Apapun bentuk kerjasama praktis yang muncul dari pertemuan puncak minggu ini antara Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, hubungan yang semakin dalam mereka bertujuan untuk memberikan peringatan kepada rival mereka, kata para analis.

Menggunakan panggilan "tuan," kedua pria ini mengangkat gelas persahabatan mereka pada hari Rabu setelah Putin memperlihatkan Kim sekitar fasilitas peluncuran antariksa paling modern di Rusia dan mereka mengadakan pembicaraan bersama menteri pertahanan mereka.

Kedua negara ini memiliki kepentingan dalam menunjukkan bahwa, meskipun terisolasi secara geopolitik, mereka memiliki mitra yang dapat mereka andalkan. Dan keduanya berusaha melemahkan sanksi yang dipimpin oleh AS dan kampanye tekanan, terhadap Rusia karena perang di Ukraina dan terhadap Korea Utara karena senjata nuklir dan program peluru kendali, kata para analis.

Baca Juga: Hidup mewah di tengah kemiskinan rakyatnya, Kim Jong-Un hadapi ancaman kudeta

Kesepakatan Transaksional

"Putin dan Kim akan mendapatkan keuntungan dari kesepakatan transaksional, tetapi mereka juga akan mendapatkan keuntungan secara geopolitik dengan memberikan kesan bahwa negara-negara bersenjata nuklir mereka bekerja sama secara militer dan memberikan peringatan tentang konsekuensi potensial bagi sekutu Amerika dan mitra sependapat yang mendukung Ukraina," kata Duyeon Kim, dari Center for a New American Security, dikutip dari Reuters pada Kamis, 14 September 2023.

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Kim Jong Un, pemimpin Korea Utara, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menjadi perhatian dunia internasional. Apakah persahabatan ini akan menjadi pemicu dari Perang Dunia Ketiga yang ditakuti banyak orang? Bagaimana hubungan mereka dan dampaknya terhadap stabilitas global?

Seperti diberitakan BBC News pada 29 Agustus 2022 lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji “memperluas hubungan bilateral yang komprehensif dan konstruktif” melalui sebuah surat kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

Baca Juga: Gagal meningkatkan mutu pendidikan, Kim Jong-un beri hukuman mati Menteri Pendidikan Korea Utara

Kim Jong Un kemudian menjawab bahwa kerja sama antara kedua negara telah meningkat “ke titik tertinggi” menghadapi “kekuatan musuh”.

Sebelumnya, kedua pemimpin itu memperkuat kedekatan mereka melalui pertemuan tingkat tinggi bersejarah pada 2019 di Vladivostok, Rusia timur.

Sejak Kim Jong Un menjadi pemimpin Korea Utara pada tahun 2011, hubungan antara Korea Utara dengan dunia luar telah tegang. Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Utara telah melakukan serangkaian uji coba nuklir dan rudal balistik yang memicu kekhawatiran di seluruh dunia. Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya telah mengutuk tindakan ini dan telah menerapkan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Korea Utara.

Baca Juga: Kim Jo Yong adalah 'rudal balistik' sosok pengganti Kim Jong Un?

Namun, dengan kedatangan Vladimir Putin ke tampuk kekuasaan di Rusia, dunia telah melihat peningkatan dalam hubungan antara kedua negara. Putin telah menawarkan dukungan politik dan ekonomi kepada Korea Utara, memberikan bantuan dalam bentuk energi dan sumber daya alam.

Ini telah memberikan Kim Jong Un stabilitas yang lebih besar dan meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menghadapi tekanan internasional.

Awal Perang Dunia Ketiga?

Tetapi apakah ini berarti bahwa persekutuan Kim Jong Un dengan Putin adalah awal dari Perang Dunia Ketiga? Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum dapat membuat kesimpulan seperti itu. 

Baca Juga: Kim Jong Un larang rakyat Korea Utara tertawa selama 11 hari

Pertama-tama, perang dunia tidak hanya dimulai oleh satu persekutuan atau peristiwa tertentu, tetapi melibatkan sejumlah negara dan faktor-faktor yang kompleks.

Kedua, saat ini hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat juga tegang. Ketegangan ini disebabkan oleh isu-isu seperti aneksasi Krimea oleh Rusia dan campur tangan Rusia dalam pemilihan umum Amerika Serikat.

Dalam konteks ini, kerjasama antara Rusia dan Korea Utara dapat dilihat sebagai respons terhadap tekanan yang mereka alami dari negara-negara Barat.

Korea Utara telah menunjukkan keinginan untuk memperoleh kemampuan nuklir dan rudal balistik yang lebih kuat, yang dapat digunakan sebagai tekanan terhadap negara-negara lain.

Baca Juga: Kim mengawasi simulasi serangan balik nuklir Korea Utara ke AS dan Korea Selatan

Dalam hal ini, dukungan Rusia dapat memberikan legitimasi dan bantuan teknis bagi Korea Utara untuk mencapai tujuannya.

Selain itu, persekutuan Kim Jong Un dengan Putin juga telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara tetangga Korea Utara, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Mereka khawatir bahwa aliansi ini dapat meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut dan memperburuk stabilitas regional.

Meskipun ada faktor-faktor yang dapat membuat situasi ini menjadi lebih rumit dan berpotensi memicu konflik global, hubungan internasional tidak dapat direduksi menjadi satu faktor tunggal. Hanya waktu yang akan menentukan arah hubungan ini dan dampaknya terhadap stabilitas global.***

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler