Kasus perundungan siswa SD di Bulukumba tuntas dalam damai, aktivis ungkap kasus lain yang libatkan oknum guru

- 11 Oktober 2022, 18:11 WIB
Korban dan para pelaku perundungan di Bulukumba saling berpelukan.
Korban dan para pelaku perundungan di Bulukumba saling berpelukan. /WartaBulukumba.com

WartaBulukumba - Kini mereka berpelukan dan saling berdamai setelah dimediasi oleh berbagai pihak di Bulukumba.

Sebelumnya, masyarakat Bulukumba dihebohkan sebuah video viral yang memvisualisasikan peristiwa perundungan yang dilakukan beberapa siswa SD di Kecamatan Herlang terhadap seorang adik kelasnyasendiri.

Kasi Humas Polres Bulukumba IPTU H. Marala, membenarkan hal tersebut bahwa telah beredar sebuah video perundungan atau bullying terhadap seorang siswa SD yang dilakukan oleh sesama siswa SD.

Baca Juga: Seorang guru SMA di Bulukumba dituding melakukan pungli

“Ya benar, telah beredar sebuah video tindak kekerasan terhadap murid SD yang dilakukan oleh sesamanya murid SD,” jelas Kasi Humas.

IPTU H. Marala menyampaiakan bahwa dengan adanya kejadian tersebut pihak Satreskrim dalam hal ini unit PPA yang dipimpin langsung oleh Kasat Reskrim AKP Abustam, melakukan koordinasi dengan pihak SDN 118 Lembang Tumbu.

Sementara Kasat Reskrim Polres Bulukumba AKP Abustam,SH.,MH, menyampaikan pihaknya telah melakukan koordinasi terhadap pihak sekolah serta telah melakukan mediasi terhadap keluarga kedua belah pihak.

Baca Juga: Bukan penembakan! Kaca mobil pengendara di Bulukumba retak ternyata akibat benda ini

"Jadi pagi tadi di SDN 118 Lembang Tumbu, saya bersama dengan kanit PPA telah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan melakukan mediasi terhadap keluarga korban dan pelaku,” jelas Kasat Reskrim.

AKP Abustam, mengungkapkan bahwa dari hasil pertemuan itu diketahui bahwa kejadian perundungan atau pemukulan itu terjadi pada hari Kamis 6 Oktober 2022.

Adapun kesepakatan yang diperoleh dari kedua belah pihak bahwa mereka sepakat berdamai dan tidak melanjutkan perkara tersebut ke ranah hukum.

Baca Juga: Ancam kakek sendiri dengan busur, nelayan 'rewa' di Bulukumba diciduk polisi

Kesepakatan lain, pihak keluarga korban meminta agar pelaku dipindahkan dari SDN 118 ke sekolah lain. Pihak sekolah dan keluarga pelaku bersedia memberikan uang santunan sebagai biaya pengobatan kepada korban.

“Jadi hasil mediasi tadi, disepakati untuk berdamai dan untuk para pelaku dipindahkan ke sekolah lain,” tegas Kasat Reskrim.

AKP Abustam, dalam pertemuan mediasi tersebut berpesan semoga tidak ada lagi hal serupa terjadi khususnya dalam lingkungan sekolah dan mengimbau kepada pihak sekolah untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak didiknya.

Baca Juga: Ngeri! Gegara dilerai saat berkelahi pelajar Bulukumba sabet kepala seorang warga dengan sebilah parang

Dalam mediasi itu turut hadir Kabid Perlindungan Perempuan Dan Anak DP2KBP3A Bulukumba Irmayanti Asnawi, S.Pd.,M.Pd, Sekcam Herlang A.Fidya Samad,S.Sos, Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Herlang Muh.Syahrir, S.Pd.,M.Si, Kepala Sekolah SDN 118 Hj.Sumiati, S.Pd, Aiptu Abd.Salam mewakili Kapolsek Herlang dan Babinsa setempat.

Sebelumnya, keluarga korban kasus perundungan akan melaporkan kejadian tersebut ke berwajib.

Beberapa aktivis dan pemerhati anak di Bulukumba juga angkat bicara terkait kasus ini.

Baca Juga: Pria Tanete Bulukumba ini sudah tiga kali membobol kios di Rilau Ale

Salah satunya, Ketua Lembaga Panrita Bhinneka Bersatu (LPBB) Bulukumba, Andi Riyal.

"Itulah hukum di Bulukumba sehingga banyak anak bangsa mendapatkan kekerasan karena hukum dilemahkan dan seakan-akan ada pembiaran terhadap pelaku kejahatan," ujarnya.

Andi Riyal lantas mencontohkan salah satu contoh kekerasan anak yang terjadi di SD 260 Erekeke Bontotiro.

"Pelaku kejahatan adalah oknum kepala sekolah dan divonis hanya selama tiga bulan lamanya, sementara korban yang masih duduk di bangku kelas 4 mengalami kekerasan di luar dari dugaan sesuai hasil visum dan bukti video yang ada" ungkapnya.

Andi Riyal mengungkapkan harapannya yakni Bupati Bulukumba dapat melirik kejadian yang ada di SD 260 Erekeke

"Kasihan anak bangsa ketika oknum kepala sekolah menjadi pelaku kejahatan. Kalau perlu pecat oknum kepala sekolah itu yang sudah terbukti melakukan kekerasan terhadap anak di bawah umur, agar ada efek jera terhadap oknum guru yang akan melakukan kekerasan," tandasnya.

Sementara itu, aktivis kemanusiaan, Andhika Mappasomba mengingatkan bahwa semua pihak harus bertanggungjawab atas kelengahan sosial ini.
 
"Kita semua harus bertanggungjawab atas kelengahan sosial ini. Tapi, karena peristiwanya pada lembaga pendidikan, harus ada yang bertanggungjawab, khususnya lembaga atau institusi yang mengurusi masalah pendidikan," ungkapnya.
 
"Ini jelas kelengahan. Mungkin karena kita sibuk urus stunting, APBD pokok, pokir dan gedung-gedung.," imbuhnya.
 
Andhika Mappasomba mengaku merasa  sangat kasihan terhadap korban maupun pelaku.
 
"Kasihan anak-anak kita menjadi pelaku dan juga menjadi korban. Sebuah fenomena bibit premanisme sejak dini. Saya jadi khawatir dengan anak-anak di sekolah jika begini," tandasnya.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x