WartaBulukumba - Film Indonesia "Nana" menyapa dunia dan bercerita tentang pesan-pesan penting dari sebuah waktu silam.
Film yang disutradarai Indonesia Kamila Andini melukiskan dampak perang bertahun-tahun pada kehidupan seorang wanita di sebuah kota di Jawa, Bandung.
Dua film Asia Tenggara bersaing di Festival Film Berlin tahun ini. Mereka mengeksplorasi dampak kekerasan terhadap manusia, satu melalui narasi sejarah yang menyakitkan dan satu lagi melalui fantasi.
Baca Juga: Futurama kembali dibangkitkan, masih bersama si mutan Leela dan si robot Bender yang suka minum
Setelah kehilangan suami dan keluarga pertamanya karena perang di tahun 1940-an, Nana menikah lagi dan hidup untuk menghadapi kekacauan pembunuhan massal tahun 1960-an.
Film ini tetap fokus ketat pada dampak masa kekerasan pada kehidupan Nana, diperankan oleh Happy Salma, dan para wanita dan anak-anak di sekitarnya, menunjukkan dia mengendalikan emosi luar dengan disiplin sekuat pakaian panjang berliku yang harus dia bungkus. dirinya untuk acara-acara formal.
"Sebagai perempuan Indonesia, kami selalu diberitahu bahwa kami harus menyembunyikan masalah untuk menyelamatkan citra keluarga di masyarakat," kata Andini dalam konferensi pers filmnya, satu-satunya film layar lebar kedua yang pernah dibuat dalam bahasa minoritas Sunda, ditakik WartaBulukumba.com dari Reuters pada Ahad 13 Februari 2022.
Baca Juga: Film-film Alien dan Time Traveler sepanjang 2022
Sementara itu sutradara Kamboja-Prancis Rithy Panh mengambil pendekatan yang sangat berbeda, menanyakan bagaimana dunia di mana hewan berkuasa akan terlihat.