Sejarah Kapal Pinisi ada di Google Doodle hari ini, harganya sangat fantastis!

- 7 Desember 2023, 17:05 WIB
Annyorong Lopi: Ritual sakral masyarakat Bulukumba melepas perahu Pinisi ke laut
Annyorong Lopi: Ritual sakral masyarakat Bulukumba melepas perahu Pinisi ke laut /Tangkapan layar Instagram.com/@ emenardiansyah

Literatur komprehensif tentang Pinisi

Buku-buku terkait Pinisi yang sangat direkomendasikan adalah karya-karya budayawan dari Bulukumba, Muhammad Arief Saenong. Tidak sekadar meneliti dan menuliskan sendiri hasil penelitiannya. Muhammad Arief Saenong juga pernah berprofesi sebagai pembuat perahu Pinisi.

Dia mendapat kepercayaan menjadi narasumber dan memandu pembuatan film dokumenter “Adat Pembuatan Pinisi” oleh Pustekkom Depdikbud.

Pada 2001, bukunya yang berjudul “Pinisi Perahu Khas Sulawesi Selatan” diterbitkan oleh Proyek Pembinaan Sejarah Purbakala dan Permuseuman Sulawesi Selatan. Pada November 2007, memenangkan sayembara penulisan naskah buku nonfiksi yang diselenggarakan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas dengan judul “Pinisi Perahu Tradisional Bugis Makassar”.

Baca Juga: Sejarah Kapal Pinisi dari Bulukumba: Warisan Budaya Dunia yang jadi Tema Google Doodle hari ini

Buku karyanya “Pinisi: Paduan Teknologi dan Budaya” merangkum simpulan awal beberapa pakar bahwa buku tersebut merupakan referensi terlengkap tentang Pinisi.

Meskipun pendapat dari beberapa ahli mengungkapkan bahwa buku tersebut masih jauh untuk disebut sebagai referensi ideal tentang pinisi, namun buku itu telah berhasil merefresh wawasan kita terutama kaitannya dengan mitos pembagian pengetahuan teknik pembuatan perahu. Buku itu juga mencerminkan asal penulisnya, Ara yang merupakan asal pembuat perahu.

Dalam mitos dikemukakan, bahwa ada tiga kampung yang masing-masing memiliki keterampilan: orang Ara lihai membuat bagian dasar perahu, orang Lemo-lemo trampil menghaluskan, dan orang Bira melayarkannya.

Budayawan Bulukumba ini juga menulis makalah dengan judul “Pinisi Riwayatmu Dulu, Terabaikan Sekarang”.

Menurut Muhammad Arief Saenong, perahu pinisi klasik generasi terakhir yang dibangun di Tanah Beru, dibuat pada 1974 milik H. Abdul Wahab, seorang pengusaha perahu dari Bira. Ada dua buah pinisi yang dibangun pada waktu itu masing-masing berkapasitas 200 GT. Sedangkan pinisi (asli) generasi terakhir yang dibangun di Ara dibuat pada 1974 milik H. Emba. Pinisi yang berkapasitas 200 GT itu diluncurkan pada Juni 1974.

Bila merujuk pada apa yang dituliskan Muhammad Saenong bahwa pembuatan perahu Pinisi yang tergolong ramai pada zamannya ialah di Cappa Ujung (Pare–Pare). Antara 1950- an sampai akhir 1960-an, puluhan tukang perahu menetap tinggal di tempat ini mengerjakan pinisi dan jenis perahu lainnya dari berbagai ukuran milik pengusaha setempat. Salah satu perusahaan di Kodya Pare–Pare (PT Duta Pare) milik Kuneng Bau Massepe’ pernah memesan perahu sebanyak 7 buah yang pembangunannya dikoordinir oleh Panrita Dg. Baso Cinda.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x