Akibat pandemi perempuan AS berjuang keras untuk mendapatkan hak untuk bekerja

- 5 Maret 2021, 06:00 WIB
Ilustrasi perempuan Amerika Serikat dan Work From Home (WFH).
Ilustrasi perempuan Amerika Serikat dan Work From Home (WFH). /pexels.com/Ekaterina Bolovtsova

Baca Juga: Sebagian besar orang Jepang menentang Olimpiade Tokyo selama pandemi

“Perekonomian kita tidak bisa pulih sepenuhnya kecuali perempuan bisa berpartisipasi penuh,” katanya.

Para peneliti di Federal Reserve Bank of Chicago memunculkan hasil analisa bahwa persentase perempuan pekerja atau pencari pekerjaan turun lebih parah pada musim semi dan musim gugur tahun 2020 untuk ibu berusia antara 25 dan 54 dibandngkan dengan orang-orang tanpa anak. Wanita kulit hitam, ibu tunggal, dan mereka yang tidak berpendidikan perguruan tinggi berada pada kategori dampak terbesar.

“Mengingat masih adanya efek sejauh ini, akan agak mengejutkan untuk melihat banyak pembalikan sampai sekolah dan fasilitas penitipan menormalkan operasi mereka,” tulis peneliti Chicago Fed dalam sebuah publikasi yang diterbitkan pada Januari.

Baca Juga: Rakyat Malaysia daftar vaksinasi melalui aplikasi MySejahtera

Perempuan lainnya bernama Alisha Zucker, 41, melakukan wawancara kerja.

Sebelum pandemi, Zucker menghabiskan waktu lebih dari 10 tahun bekerja di penerbitan. Terakhir sebagai editor eksekutif perancang kurikulum yang digunakan guru dan siswa di ruang kelas.

Setelah diberhentikan pada bulan September, Zucker sekarang menjadi pekerja lepas dan mencari pekerjaan penuh waktu.

Baca Juga: Website Tular Nalar membantu masyarakat berpikir kritis dan meningkatkan literasi

“Saya khawatir saya akan dihakimi karena harus merawat anak-anak saya, atau mungkin mereka akan berpikir bahwa saya tidak dapat diandalkan,” kata Zucker, yang memiliki anak kembar laki-laki dan perempuan berusia tujuh tahun, juga seorang anak laki-laki tiga tahun.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah