Indonesia ikut terjun meretas jalan menuju peningkatan literasi digital di ASEAN

11 Maret 2021, 14:58 WIB
Ilustrasi Digital Platform /Pixabay

WartaBulukumba - Working Group on Information Media and Training atau Kelompok Kerja Pelatihan Media dan Informasi, periode 2021-2022 sedang dalam giat meretas jalan untuk meningkatkan literasi digital di kawasan Asia Tenggara.

Agenda ini meraup atensi dari berbagai negara di Asia Tenggara dan Indonesia ikut serta di dalamnya.

"WG IMT bertujuan untuk meningkatkan literasi informasi komunitas ASEAN melalui kerja sama dan sharing knowledge tentang penyediaan konten media yang baik untuk media mainstream maupun online, serta membuat program peningkatan literasi informasi untuk seluruh anggota/kelompok masyarakat ASEAN dan kerja sama penanganan hoax dan fake news," kata Direktur Kerja Sama Sosial Budaya ASEAN, Kementerian Luar Negeri, Riaz J. P. Saehu, dalam keterangan pers bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kamis 11 Maret 2021, dikutip dari Antara.

Baca Juga: Daud Kahal: Diskominfo membantu program Pemkab Bulukumba hingga akhir periode

Dalam ruang temu The 18th ASEAN Senior Official Meeting Responsible for Information (SOMRI) and Related Meetings yang berlangsung secara virtual, Indonesia menerima tawaran untuk menjadi Wakil Ketua IMT Periode 2021-2022.

Dukungan Indonesia tertuang pula pada Framework for Promoting Accessibility for All in ASEAN Digital Broadcasting sebagai pedoman bagi Negara Anggota ASEAN (AMS) dalam mendorong akses layanan penyiaran yaitu sign language, audio description dan closed caption untuk seluruh kelompok masyarakat, termasuk populasi rentan, seperti penyandang disabiltas dan lansia.

Indonesia mengusulkan inisiatif ASEAN Creative Economy Business Froum dengan tema "Enhancing Digital Creative Economy: A Step Toward Regional Economy Recovery", bagian dari upaya ASEAN mengatasi dampak pandemi COVID-19 terhadap sosial dan ekonomi.

Baca Juga: Google menonaktifkan semua akun yang terkoneksi dengan Militer Myanmar

Inisiatif tersebut terdiri dari berbagai kegiatan untuk membina kerja sama antar pemangku kepentingan di bidang ekonomi kreatif sekaligus adaptasi di tengah kemajuan teknologi digital.

Menyegarkan kembali perspektif kita terhadap diksi literasi digital, mengutip laman gln.kemdikbud.go.id, Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer.

Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi.

Baca Juga: Sepuluh tahun setelah bencana Fukushima, Jepang mengenangnya serupa 'nuklir buatan manusia'

Literasi komputer berkembang pada dekade 1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja di lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat. Namun, literasi informasi baru menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring.

Mengacu pada pendapat Bawden, literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.

 

Dengan begitu, literasi digital sudah berada pada tahap urgen di negeri ini ketika kita berhadapan dengan fakta, salah satunya seperti yang pernah diberitakan Warta Ekonomi, Senin 16 November 2020, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan, sebanyak 143,26 juta dari total 262 juta orang Indonesia sudah bisa mengakses internet.

Baca Juga: Menolak perintah 'Tembak sampai mereka mati' polisi Myanmar melarikan diri ke India

Dari 143,26 juta orang pengguna internet tersebut, ternyata 49,52% di antaranya adalah anak muda. Rincian usianya yaitu 13-18 tahun di angka 16,68%, usia 19-34 tahun 49,52%, usia 35- 54 tahun 29,55%, dan di atas 54 tahun sebanyak 4,24%.

Angka-angka tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan APJII sepanjang tahun 2017. Itu artinya, generasi milenial merupakan pengguna internet terbanyak di Indonesia.

Sosial media adalah salah satu menu utama yang digunakan generasi milenial. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan sosialisasi, melainkan juga demi eksistensi diri. Bersosial media kini menjadi bagian dari hidup milenial.

Baca Juga: Ratu Elizabeth mengaku sedih mendengar kisah kelam Harry dan Meghan

Upload video atau foto, update status di media sosial yang dimiliki adalah bagian dari data. Setiap harinya ada lebih 400 juta tweet yang dikirim ke Twitter dan 72 jam video Youtube di-upload tiap menitnya.

Membludaknya informasi digital saat ini menjadi salah satu cara oknum tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan hoax atau melakukan cyber crime

Hoax bukan hanya sebuah lelucon untuk menghibur orang, melainkan menjadi sarana mengadu domba antar-ras dan golongan, penyebaran ujaran kebencian antar-umat beragama, bahkan sengaja dibuat untuk menjatuhkan image seseorang demi kepentingan politik.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler