Rumah komunitas adat di Bulukumba ini tanpa paku! Prinsip hidup 'tuo kamasemasea' Ammatoa Kajang

- 22 Juli 2023, 21:17 WIB
Rumah komunitas adat di Bulukumba ini tanpa paku! Prinsip hidup 'tuo kamasemasea' Ammatoa Kajang
Rumah komunitas adat di Bulukumba ini tanpa paku! Prinsip hidup 'tuo kamasemasea' Ammatoa Kajang /Instagram/@wisataammatoa

WartaBulukumba - Di balik pakaian hitam-hitam, di balik lebatnya hutan hijau,  di kawasan adat Ammatoa Kajang di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan, ada sebongkah kehidupan yang tegar berabad-abad, dipenuhi oleh prinsip hidup tuo kamasemasea.

Prinsip hidup tuo kamase-masea.yang artinya hidup sederhana meliputi kesederhanaan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian komunitas adat ini. Mereka juga menjaga hidup sederhana dalam keharmonisan alam.

Hal itu diwujudkan melalui rumah-rumah mereka, yang uniknya tidak memakai paku, tidak menggunakan satu pun perabot rumah tangga modern, menjadi simbol keterikatan erat pada ajaran leluhur dan kehidupan yang selaras dengan alam.

Baca Juga: Rekomendasi wisata budaya di Bulukumba Sulsel: Mengenal lebih dekat komunitas adat Ammatoa Kajang

Di tengah asri hutan hijau dan sungai yang mengalir deras, warga Ammatoa Kajang hidup rukun dan sederhana.

Dalam setiap aspek kehidupan mereka, tampak keselarasan dengan alam yang membawa mereka pada kehidupan yang nyaman dan penuh kedamaian. Penggunaan peralatan dapur sederhana dari tanah liat, termasuk tempurung kelapa sebagai wadah makanan, menandakan betapa mereka menghormati alam dan memanfaatkannya dengan bijaksana.

Bagi mereka, kehidupan tuokamasemasea bukanlah sekadar istilah, melainkan prinsip yang mereka hayati dalam setiap langkah hidup mereka.

Baca Juga: Ammatoa Kajang: Wisata budaya recommended di Bulukumba

Keterikatan pada Simbol-simbol Budaya

Rumah-rumah Ammatoa Kajang menjadi jendela yang membuka wawasan kita pada filosofi dan keyakinan yang mereka anut.

Bagian-bagian rumah orang Kajang merupakan simbol yang masing-masing mengandung makna tertentu seperti :

1. Bagian pappamuntulan yang terletak di Latta riolo (tempat tamu) bermakna bahwa segala sesuatu mempunyai batas. Seorang tamu tidak boleh melewati pappamuntulan, kecuali seizin tuan rumah.

Baca Juga: Kawasan Adat Ammatoa Kajang di Bulukumba: Destinasi wisata budaya recommended di Sulawesi Selatan

2. Tiang rumah tidak dilubangi merupakan simbol menghindari bahaya. Ini bermakna bahwa agar pemilik rumah terhindar dari bahaya atau bentuk kekerasan yang dapat menyebabkan “lubang”.

3. Tiang rumah ditanam bermakna bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan tanah yang merupakan “ibu” manusia.

4. Papan dinding rumah dipasang horizontal, merupakan simbol “jangan menghidupkan yang sudah mati”. Pohon yang sudah dibuat menjadi papan, dianggap sudah “mati”. Tidak boleh dipasnag dalam posisi berdiri seperti ketika masih hidup. Hal ini bermakna dilarang bertindak yang tidak sesuai dengan kenyataan.

5. Letak dapur di depan, maksudnya memuliakan dapur sebagai sumber kehidupan. Hal ini bermakna keterbukaan. Selanjutnya mengandung makna bahwa apabila dapur berasap atau dinyalakan, itu pertanda tamu akan dijamu dan sebaliknya jangan pulang sebelum dijamu. Menolak jamuan menyebabkan tuan rumah tersinggung.

Baca Juga: Telusur 'Pasang Ri Kajang' komunitas adat Ammatoa di Bulukumba, ternyata memuat banyak pesan buat pemimpin

6. Tempat cuci kaki diletakkan pada bagian depan rumah, mengandung makna bahwa setiap masalah harus dihadapi dengan kepala dingin.

7. Baris tiang rumah yang berjumlah empat lajur (saluru’) merupakan simbol yang bermakna bahwa orang yang sudah berkeluarga diapit oleh empat orang tua, yaitu ibu bapak dan kedua mertua.

Adaptasi dan Kebersamaan

Meskipun dalam wilayah inti komunitas adat Ammatoa di Dusun Benteng atau dikenal sebagai Ilalang Embayya, tetap mempertahankan kekentalan adat dan tradisi, beberapa komunitas Ammatoa di luar wilayah tersebut sudah mulai beradaptasi dengan pengaruh budaya luar.

Baca Juga: Mengapa komunitas adat Ammatoa Kajang di Bulukumba harus memakai pakaian hitam-hitam? Ini filosofinya

Namun, kebersamaan dan semangat untuk hidup dalam keterikatan alam tetap menjadi pondasi yang tidak pernah goyah.

Melalui pola pemukiman, pemilihan bahan bangunan, dan cara hidup sehari-hari, komunitas Ammatoa Kajang tetap melestarikan kearifan lokal yang kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan kesederhanaan.

Kehidupan tuo kamasemasea di Ammatoa Kajang membuka jendela ke dunia yang mendalam dan penuh makna.

Kebersahajaan dan simbol keterikatan pada kehidupan mereka memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keselarasan dengan alam dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya leluhur.

Sebuah perjalanan ke desa ini tak hanya mengungkap keindahan alam yang belum terjamah modernitas, tetapi juga membiarkan jiwa kita merenung dan meresapi kearifan lokal yang tak tergantikan.***

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x