Penduduk setempat menyadari desa mereka menyimpan potensi besar itu. Sejak tiga tahun ini bertumbuhanlah kelompok-kelompok tani di Desa Kahayya. Saat ini terdapat empat kelompok tani yang membudidayakan, mengolah, dan memproduksi Kopi Kahayya. Dari empat kelompok tani itu sedikitnya lahir tujuh brand Kopi Kahayya.
Mereka lalu menjalani kisah-kisah beraroma kopi. Selain kopi, tembakau Kahayya pun kini juga mulai banyak dilirik.
Baca Juga: Tanjung Bira dan Titik Nol Bulukumba sedot Rp1,2 miliar lebih selama libur Lebaran
Salah seorang anak muda Kahayya bernama Ilham juga menangkap pesan-pesan penting dari alam desanya. Kopi yang bertumbuhan di kebunnya adalah juga bagian dari masa depannya.
Pemuda berusia 25 tahun itu sejak tahun 2020 mulai mengolah, memproduksi, mempromosikan, dan menjual sendiri Kopi Kale Kahayya.
Dengan modal awal hanya sebesar Rp50.000, alumnus MAN Tanete Kecamatan Bulukumpa ini memulai usahanya. Sebuah brand diusungnya, Kopi Kale Kahayya. Nama Kale, menurut Ilham, merupakan titik awal sejarah tempat tumbuhnya kopi di kampungnya.
Baca Juga: Pantai Tanjung Bira Bulukumba pecahkan rekor sedot pengunjung 60 ribu
Awalnya, Kopi Kale Kahayya diolah dan diproduksi oleh Ilham secara tradisional. Kemudian dia dipinjami alat pengolahan oleh seorang temannya dari luar Sulawesi. Produknya ada tiga jenis.
Jenis bean coffee dan rostingan khusus untuk kedai-kedai kopi. Sedangkan kopi bubuk kemasan khusus untuk rumahan. Yang paling populer saat ini dari Kopi Kale Kahayya yakni kopi bubuknya. Seberat 100 gram, Dibanderol seharga Rp10.000.