Meneguk cita rasa autentik Bulukumba dari 'Akkero Kopi' di Desa Anrang

- 4 Juli 2023, 14:30 WIB
Akkero Kopi atau menyangrai kopi secara tradisional di Desa Anrang
Akkero Kopi atau menyangrai kopi secara tradisional di Desa Anrang /Dok. Eunah Nalar

WartaBulukumba - Sekali waktu di sebuah desa di utara Bulukumba. Aroma harum menghiasi udara. Di bawah sinar matahari yang lembut, seorang perempuan lanjut usia dengan tubuh yang terlihat masih kuat dan wajah yang hangat cerah, duduk di depan pammuttu tanah, sejenis wajan yang terbuat dari tanah liat. Tumpukan kayu bakar menyala  di perapian yang juga terbuat dari tanah liat mengepulkan asap, menyatu dengan alam.

Perlahan, dia mengayuh wajan dengan lembut, membiarkan biji kopi berputar dalam tarian rahasia di atas api. Detik demi detik berlalu, dan kegelapan biji kopi berubah menjadi cokelat keemasan yang menggoda. Aroma kopi yang merebak semakin intens, mengisi udara di sekitar halaman TBM Rumah Nalar di Desa Anrang, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Seperti seorang penari yang mahir, perempuan itu, Puang Hasiming, menguasai seni menyangrai kopi secara tradisional dengan keahliannya yang tak tergoyahkan. Setiap detik adalah tanda-tanda cita rasa yang akan terungkap.

Baca Juga: Sumange Banua 2023: Ekspedisi budaya seniman Al Farabi Bulukumba ke Toraja Utara, Pacitan dan Magelang

Dalam sekejap, kesabaran dan keahliannya membuahkan hasil. Kopi yang telah disangrai dengan penuh cinta dan keahlian dituangkan ke dalam wadah. Cita rasa yang unik dan khas dari kopi yang disangrai secara tradisional di desa ini, menjadi warisan yang tak ternilai.

Saat gelas pertama terisi dengan kopi itu, suasana desa seakan menyatu dengan aroma harum yang menguar. Sepotong kisah budaya dan kehidupan bersembunyi dalam setiap tegukan. Kehangatan kopi membelai lidah, mengantar kenikmatan yang tiada tara.

Dalam senyuman perempuan lanjut usia itu, tergambar kebahagiaan yang tak terucapkan. Kopi yang disangrai dengan penuh cinta dan keahlian, menjadi simbol kehidupan yang terus bersemi di desa mereka.

Baca Juga: Perlawanan terbaru pada kapitalisme oleh penulis Bulukumba dalam buku: 'Suara Ekonomi Menyingkap Modernitas'

Momen itu tertangkap saat Festival Budaya dan Pagelaran Seni Musik Tradisional yang diselenggarakan oleh TBM Rumah Nalar pada medio Juni 2023 lalu.

Even itu tak hanya menjadi panggung bagi seni dan budaya lokal, tetapi juga menghidupkan literasi pengolahan dan penyajian kopi secara tradisional sebagai bagian dari warisan budaya.

Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah Akkero Kopi, yang melibatkan beberapa proses penting.

Baca Juga: Menerabas Bulukumba melalui Kampung Iqra: Literasi Al Quran klasikal di Desa Salassae

Akkero Kopi merupakan kegiatan menyangrai biji kopi, di mana keterampilan khusus diperlukan untuk mencapai cita rasa yang optimal.

Akkero Kopi

Akkero Kopi, sebuah ritual yang mengungkapkan keindahan kopi dari biji yang segar. Seseorang memegang kendali atas wajan tanah liat dan perapian kayu. Kehangatan memeluk wajahnya saat api membara. Proses mengungkapkan rahasia kopi dimulai.

Addengka Kopi, tangan yang lihai menghaluskan biji kopi yang telah disangrai. Dengan gerakan yang lembut, kekuatan mengubah biji menjadi bubuk halus yang menakjubkan. Kelembutan sentuhan menghasilkan kesempurnaan cita rasa.

Baca Juga: Menengok Bulukumba dalam perang melawan stunting: Jejak Tim Pendamping Keluarga di Tanete

Appallu Kopi, air mendidih menemui bubuk kopi yang ditabur dengan penuh perhatian. Kedua elemen ini bersatu, menciptakan harmoni yang sempurna. Aroma kopi merebak memenuhi ruangan, mengundang hasrat.

Anginung Kopi, kopi disajikan dalam gelas, menanti sentuhan akhir. Kepingan gula aren menanti di wadah terpisah, menjanjikan manis yang lembut. Setiap tegukan adalah perjalanan ke dalam budaya dan tradisi, memenuhi jiwa dengan kenikmatan tak terkira.

Dalam setiap langkah Akkero Kopi, terdapat keajaiban. Dari proses menyangrai hingga menyeruput di gelas, cita rasa yang unik dan warisan budaya melebur dalam kehidupan. Kopi menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, mengikat generasi dengan kekayaan yang abadi.

Baca Juga: Memotret Bulukumba di muara Sungai Lembang menjelang senja

Di tengah suasana yang kental dengan aroma kopi yang harum, Puang Hasiming, seorang ahli kopi tradisional dari Dusun Batang Batang Desa Anrang, hadir untuk memandu para peserta. Ia menunjukkan cara menyangrai biji kopi dengan sempurna menggunakan media pammuttu tanah. Biji kopi dipanggang dengan api sedang menggunakan dapo' yang menggunakan kayu kering sebagai bahan bakarnya.

Setelah proses penyangraian selesai, langkah berikutnya adalah menghaluskan kopi yang telah disangrai.

Puang Hasiming memperlihatkan kepada peserta bagaimana cara menghaluskan biji kopi dengan menggunakan alu dan assung (lesung kayu). Dalam serangkaian gerakan yang berirama, biji kopi ditumbuk hingga menjadi bubuk yang halus dan siap diseduh.

Baca Juga: Mushaf Al Quran tulisan tangan berusia 200 tahun di Sinjai dan Bone

Tidak lama setelah itu, peserta diajak untuk mencoba proses penyajian kopi secara tradisional. Mereka diminta merebus air dan menambahkan bubuk kopi secukupnya.

Aroma harum kopi kemudian memenuhi ruangan, menciptakan nuansa yang memikat. Untuk menambahkan rasa manis, kepingan gula aren disediakan dalam wadah terpisah. Inilah yang disebut Anginung Kopi, momen ketika kopi disajikan dalam gelas dan dinikmati dengan sentuhan khas tradisional.

Salah satu pegiat literasi dan pengelola TBM Rumah Nalar, Wahyu, mengungkapkan kekagumannya terhadap rasa kopi yang disajikan.

Baca Juga: Kain tenun Kajang dari Bulukumba sudah layak mendapatkan Haki IG

"Rasanya sangat nikmat, alami, dan aromanya sangat pas," ujarnya dengan penuh kekaguman dalam bincang-bincang dengan WartaBulukumba.com pada Selasa, 4 Juli 2023.

Keseluruhan pengalaman Akkero Kopi memberikan peserta kesempatan untuk merasakan kelezatan kopi dalam konteks budaya dan tradisi yang autentik.

Melalui kegiatan ini, festival tidak hanya memperkenalkan seni dan budaya, tetapi juga memberikan apresiasi terhadap pengetahuan dan praktik kopi tradisional. Dalam setiap tegukan kopi, peserta merasakan kekayaan warisan budaya lokal yang tak ternilai harganya.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x