Puisi religi sastrawan Bulukumba Mahrus Andis di malam takbiran: 'Doa Terakhir'

21 April 2023, 21:07 WIB
Ilustrasi malam takbiran - Puisi religi sastrawan Bulukumba Mahrus Andis di malam takbiran: 'Doa Terakhir' /YouTube/Hairul Aspar/

WartaBulukumba - Saat malam takbiran berkelindan dengan suasana khusyuk di ruang-ruang spiritualitas sekaligus bising bebunyian gegas mesin-mesin dan langkah aktivitas manusia, sebuah puisi religi ditulis oleh seorang penyair senior Bulukumba, Mahrus Andis.

Wilayah privatnya secara religi menjadi jendela yang bisa dibaca sesama terkhusus bagi mereka, sesama umat Islam, yang mencerna dan mengendapkan rasa di malam takbiran. Bagi sastrawan senior dan kritikus sastra pemilik puluhan karya buku dari Bulukumba ini, puisi adalah salah satu ruang keniscayaan bagi ekspresi hingga dakwah.

Mahrus Andis menulis puisi ini ketika di tempat lainnya, di berbagai belahan Bumi lainnya, selepas Isya, mulai ramai dengan kehadiran rombongan takbiran keliling. Mobil-mobil berhias lampu-lampu warna-warni dengan sound system yang memekakkan telinga mulai berjalan mengitari kampung-kampung. Salah satunya, seperti terpantau di bagian utara Kabupaten Bulukumpa tepatnya di Kecamatan Bulukumpa.

Baca Juga: Melihat Bulukumba masa silam dari prosa puitis Mahrus Andis: 'Sungai Kecil di Depan Rumahku'

Puisi Mahrus Andis

DOAKU YANG TERAKHIR
 
Takbir di langit
Takbir di bumi
Menyingkap tabir Ilahi
 
Malam berzikir
Malam di akhir
Ramadan berlimpah berkah dan iradah:
Segaris isyarat
Bagi jiwa yang taat
Merintih taubat
 
Baca Juga: Puisi-puisi sketsa sosial penyair Bulukumba Mahrus Andis
Ya, Allah
Wahai pemilik segala ilmu
Sempurnalah sudah titah-Mu
30 siang menjegal nafsu
30 malam menjejal risau
 
Ya, Ilahi Rabbi
Inilah pintaku
Doa terakhir
Di Ramadan akhir:
Gerakkanlah rinduku
Agar selalu mau
Selalu
Mau
Berdoa
Ke Arasy-Mu
Aamiin
 
Makassar, 21 April 2023
(di saat malam takbiran meletup-letup)
 

Baca Juga: Menemu kenali salah satu tabiat siluman parakang melalui cerbung sastrawan Bulukumba, Mahrus Andis

Puisi "Doaku yang Terakhir" sekilas menggambarkan perasaan penyairnya yang mendalam saat memasuki malam terakhir Ramadhan, ketika suasana sedang dirubung lautan doa dan dzikir.

Puisi ini dimulai dengan tiga baris yang menunjukkan keagungan Allah yang disembah oleh umat manusia di langit dan di bumi. Kemudian, puisi menggambarkan suasana malam terakhir Ramadan, yang penuh dengan dzikir dan doa. Pada malam ini, umat Muslim merenungkan segala dosa dan kesalahan mereka dan memohon ampun kepada Allah.

Puisi ini juga menunjukkan kepatuhan hamba pada kehendak Allah, di mana si penyair meminta Allah untuk membimbing dirinya dalam menjalani hidupnya dengan taat dan menghindari godaan duniawi . Sang penyair juga mengungkapkan keinginannya untuk terus berdoa dan selalu dekat dengan Allah.

Baca Juga: Puisi ini ditulis Mahrus Andis sebelum pemakaman Fahmi Syariff di Ponre Bulukumba

Puisi ini diakhiri dengan permohonan doa terakhir pada malam terakhir Ramadhan, di mana penyair meminta Allah untuk membimbing dan membantunya dalam mengatasi rasa rindu dan keinginan untuk selalu berdoa dan dekat dengan-Nya.

Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan rasa syukur dan ketaatan kepada Allah, yang diwujudkan melalui doa dan penghormatan pada kehendak-Nya.

Puisi ini juga menunjukkan keinginan penyair untuk terus berdoa dan selalu dekat dengan Allah dalam kehidupannya, meskipun itu bisa saja merupakan doa terakhir.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler