WartaBulukumba - Membaca kata 'tunggu' dan 'pulang' dalam novel 'Sang Waktu' karya pegiat literasi Bulukumba, Musakkir Basri, adalah serupa menembus teks-teks tentang rindu dan harapan anak manusia saat dicekik waktu.
Sebuah novel yang disebut sebagai buku kecil oleh penulisnya ini adalah karya fiksi yang memuat cerita perjalanan sang tokoh 'Sabda' mengitari rasa percaya diri.
Ditulis oleh penulis muda Bulukumba yang sedang 'menyala', 'Sang Waktu" diterbitkan oleh Rumah Buku. Dieditori Bandung Mawardi, tata letak dan sampul oleh MA Mas'ud, buku "Sang Waktu" menghampar ke jagat sastra dalam cetakan pertama di bulan Januari 2023
Dalam pengantar penerbit, "Sang Waktu" adalah mimpi yang terjebak dalam lamunan waktu. Terjebak jadi serpihan kenangan. Waktu, mampir tanpa permisi. Hati mendebati sikap keras kepala akal.
Sorak suara terdengar atas harap. Mata menatap bahagia. Sesekali menikmati keindahan. Terhitung sejak waktu terpahami. Riuh angin menepis hangat. Daun menyentuh tanah.
Bunga tetap jadi simbol keindahan. Akar terabaikan. Banyak dari manusia mengagumi senja dan lupa tanpa matahari senja tak akan indah. Waktu memberi banyak pilihan atas kehidupan. Sesekali cinta dipatahkan waktu. Terdengar di waktu yang salah.