Hari Buku Nasional 17 Mei, inilah sederet harapan para pegiat literasi di Bulukumba

17 Mei 2023, 13:12 WIB
Anak-anal asyik membaca buku di Pustaka RumPut, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba /WartaBulukumba.Com/Nurfathana S.

WartaBulukumba - Menjalar-jalar penuh gairah meskipun kadang juga gelisah, gerakan literasi  di secara kuantitatif di Kabupaten Bulukumba serupa jamur di musim hujan. Bertemu momen Hari Buku Nasional 17 Mei, sejumlah pegiat literasi di daerah berjuluk Bumi Panritalopi ini melontarkan sederet harapan.

Berikut sejumlah harapan pegiat literasi Bulukumba yang diwawancarai WartaBulukumba.com pada Rabu, 17 Mei 2023

Pegiat literasi dan pengelola rumah baca Pustaka RumPut di Tanete Kecamatan Bulukumpa,  Israwaty Samad berharap literasi keluarga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan kita.

Baca Juga: Bunda Literasi Bulukumba harap semua OPD punya tempat baca, pegiat literasi sebut pojok baca harus ratusan

"Pelajaran membaca dan menulis harus diajarkan dengan baik bukan hanya di sekolah tapi juga di rumah, sehingga generasi muda menjadi pembaca aktif dan kritis," tuturnya.

Penulis buku ini pun menekankan bahwa gerakan literasi keluarga adalah kunci keberhasilan memperkuat pendidikan dan literasi.

"Kita dapat mempersiapkan generasi yang terampil, kreatif, dan berdaya saing tinggi dan itu bisa dimulai dari keluarga," ungkapnya.

Baca Juga: Hari Buku Nasional 17 Mei, belajar pada Bung Hatta

Sementara itu, pegiat literasi  dari Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang, Musakkir Basri, menitip harapan kepada Pemkab Bulukumba.

Pendiri dan pengelola Rumah Buku di Desa Bontonyeleng ini berharap Pemkab Bulukumba melakukan terbosan baru.

"Jika ungkapan, dikerja bukan dicerita' lalu bagaimana kerja pemerintah menyoal literasi Bulukumba? Sekiranya beberapa desa telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan minat baca dengan gerakan lapak baca dan diskusi publik demi tercapainya keseimbangan literasi. Tapi, gerakan itu tidak akan sampai pada tahap kesejahteraan bila pemerintah belum sadar akan pentingnya literasi. Menyikapi hal ini tidak hanya dengan ucapan, tetapi perlu tindakan yang tidak mengubah ruh literasi: yaitu kebahagiaan. Apabila bahagia sudah memasyarakat di Bumi Panrita Lopi, maka literasi sudah berlayar," tutur penulis buku ini penuh nada optimis.

Baca Juga: Kritik 'literasi seremoni', penggiat literasi Bulukumba: 'Semoga tidak berhenti pada ucapan'

Harapan lainnya dilontarkan seorang pegiat literasi Bulukumba yang enggan disebutkan namanya.

Dia menyoal even-even literasi yang dilaksanakan Pemkab Bulukumba sedapat mungkin menghadirkan para guru di daerah ini. Tujuannya agar tak ada lagi guru yang protes.

"Seperti workshop tempohari, sepertinya juga bagus dihadiri oleh para guru, agar tak ada lagi oknum guru yang protes jika anak didiknya kutu buku. Bbeberapa kali anak saya melapor gurunya protes soal kutu bukunya, konon katanya anak seusianya tak boleh selalu baca buku, nanti kuliah baru boleh baca buku," ungkapnya.

Baca Juga: Puluhan pegiat literasi Bulukumba ikuti Workshop Peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat

Gerakan Literasi di Kabupaten Bulukumba

Gerakan literasi di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan sudah menggeliat sejak dua dekade terakhir.

Dimulai dengan tradisi menulis buku-buku karya ilmiah maupun nonfiksi oleh para penulis dan cendekiawan asal Bulukumba sejak era 1970-an.

Di kemudian hari, dikenal istilah 'buku-buku kebulukumbaan' yang  berarti buku-buku yang ditulis oleh orang Bulukumba atau buku yang membahas salah satu sisi Bulukumba meskipun ditulis orang dari luar Bulukumba.

Baca Juga: Melihat Bulukumba dari 'Filsafat Kajang', taman baca yang selalu dirubung anak-anak dusun seusai maghrib

Saat ini, sejumlah 'buku-buku kebulukumban' bisa dibaca di Museum Literasi Bulukumba yang dikelola rumah baca Kucang Pustaka di Desa Bontosunggu.

Bulukumba dikenal sebagai salah satu daerah di sulawesi Selatan yang memiliki tradisi literasi yang cukup bagus lantaran daerah ini dikenal sebagai gudangnya penulis di Indonesia Timur.

Sebut saja beberapa nama cendekiawan, budayawan dan seniman senior yang produktif menulis. Mereka di antaranya yaitu DR Mochtar Pabottingi, Mahrus Andis, Aspar Paturusi, Andhika Mapapsomba, Ramli Palammai, Jusiman Dessirua serta puluhan penulis lainnya dari angkatan muda di Bulukumba yang merawat tradisi menulis sejak era 2000-an sampai sekarang.

Baca Juga: Terong Pustaka dari Bulukumba terpilih ikut kompetisi nasional Sinovik 2023

Yang menarik dicatat, sebagian besar karya dalam bentuk teks tersebut berada di wilayah budaya, sejarah, dan sastra. Sebagian kecil lainnya merambah bidang hukum, eksakta dan karya umum lainnya.

Komunitas literasi dan rumah baca yang dikelola secara mandiri dan independen di Bulukumba tumbuh dan menjalar cukup cepat.

Sampai hari ini, diperkirakan terdapat sekitar 80-an rumah baca dan komunitas literasi yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Bulukumba.

Merujuk data terbaru tahun 2023 yang diarsipkan Forum Pustaka Bulukumba (FPB), saat ini ada 60 rumah baca dan komunitas literasi (nirlaba), di luar rumah belajar yang dikelola secara komersil, PKBM, perpustakaan desa dan perpustakaan sekolah. Diperkirakan masih ada sekitar 20-an rumah baca mandiri lainnya yang belum masuk data tersebut.

Sebagian besar rumah baca dan komunitas literasi di Kabupaten Bulukumba diketahui berafiliasi pula dengan beberapa simpul jaringan gerakan literasi nasional yaitu Pustaka Bergerak Indonesia, Forum Taman Baca Masyarakat (Forum TBM) yang dinaungi Kemendikbud, serta jaringan Rumah Baca Asma Nadia.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler