Kritik 'literasi seremoni', penggiat literasi Bulukumba: 'Semoga tidak berhenti pada ucapan'

- 9 Mei 2023, 18:52 WIB
Musakkir Basri, salah safu penggiat literasi Bulukumba dari Rumah Buku Desa Bontonyeleng
Musakkir Basri, salah safu penggiat literasi Bulukumba dari Rumah Buku Desa Bontonyeleng /WartaBulukumba.com

WartaBulukumba - Bulukumba telah jauh meretas jalan panjang gerakan literasi dan salah satu model gerakan literasi yang cukup ideal di selatan Sulsel ini adalah komunitas Rumah Buku.

Rumah Buku berada di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang. Diinisiasi dan dikelola Musakkir Basri dan kawan-kawannya yang seide, Rumah Buku lebih dari sekadar komunitas literasi yang hanya identik dengan upaya mendekatkan buku dengan masyarakat berupa lapak baca dan semacamnya. Rumah Buku juga sejak lama merambah sayap gerakan sebagai  penerbit buku. 

Rumah Buku lalu memproduksi dan menerbitkan sejumlah buku dengan biaya sendiri. Mulai fiksi hingga non fiksi. Penulis-penulisnya dimulai dari kalangan internal Rumah Buku, lalu bergerak mengkampanyekan betapa pentingnya menulis bagi para pegiat literasi Bulukumba. 

Baca Juga: Inilah Bunda Literasi Bulukumba yang baru

Tujuannya sangat jelas, pegiat literasi Bulukumba harus mampu  mendokumentasikan pemikiran dan pengetahuan dalam bentuk literatur, terutama ihwal Bulukumba dan 'kebulukumbaan'.

Founder Rumah Buku, Musakkir Basri, melontarkan pandangan terkait gerakan literasi di Kabupaten Bulukumba yang kini memiliki Bunda Literasi Bulukumba yang baru, Andi Herfida Attas. 

Terkait 'literasi seremoni' yang biasanya hanya berhenti di seremoni, tidak ada tindak lanjut, hanya sebatas wacana di podium dan forum, Musakkir Basri berharap semoga tidak menjadi pemanis bibir semata.

Baca Juga: Puluhan pegiat literasi Bulukumba ikuti Workshop Peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x