Puasa Ayyamul Bidh, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "puasa putih," merupakan salah satu ibadah sunnah yang menjadi bagian penting dalam praktek keagamaan umat Islam. Dalam kehidupan Rasulullah SAW, puasa ini menjadi kebiasaan yang penuh berkah dan dianjurkan untuk dilaksanakan setiap bulan.
Makna dan Asal Usul Ayyamul Bidh
Ayyamul Bidh berasal dari dua kata, yaitu "ayyam" yang merupakan bentuk jamak dari "al-yaum" yang berarti hari, dan "bidh" yang berarti putih. Jika digabungkan, Ayyamul Bidh dapat diartikan sebagai puasa putih. Puasa ini dilakukan setiap bulan qomariyah pada tanggal 13-15.
Teladan Rasulullah SAW
WartaBulukumba.Com - Di dalam kedamaian malam, bulan purnama menerangi hati yang khusyuk. Di tengah puasa Ayyamul Bidh, setiap doa terurai seperti benang emas. Suara gemericik air dan aroma wewangian mewarnai momen spiritual ini. Dalam ketenangan, jiwa bersujud, mengukir kisah kebersamaan dengan Sang Maha Pencipta.
Rasulullah SAW menjadi teladan utama dalam menjalankan puasa Ayyamul Bidh. Selama hidupnya, beliau konsisten melaksanakan ibadah sunnah ini, memberikan contoh nyata bagi umat Islam untuk mengikuti jejaknya.
Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun."
Dalil itu menegaskan keutamaan puasa Ayyamul Bidh yang setara dengan pahala puasa dalam satu tahun.
Baca Juga: Apakah menelan ludah membatalkan puasa? Simak penjelasan para ulama
Dikejar rezeki!
Terdapat ribuan literatur yang membahas puasa sunnah termasuk Ayyamul Bidh. Salah satunya buku berjudul "Cinta Shaum, Zakat, dan Haji" yang ditulis oleh Miftahul Achyar Kertamuda, M.Pd, diterbitkan Elex Media Komputindo pada 2020, merupakan sebuah eksplorasi mendalam tentang spiritualitas dalam ibadah-ibadah utama dalam Islam.
Puasa Ayyamul Bidh juga bisa menjadi awal bagi seorang hamba 'dikejar rezeki', bukan 'mengejar rezeki'.