Allah SWT menciptakan 100 ribu Nabi Adam! Disebar di semesta paralel atau galaksi lain?

- 26 Desember 2023, 06:00 WIB
 Ilustrasi - Allah SWT menciptakan 100 ribu Nabi Adam!
Ilustrasi - Allah SWT menciptakan 100 ribu Nabi Adam! /Imujio
 
 
WartaBulukumba.Com - Sungguhkah Allah SWT menciptakan 100 ribu Nabi Adam? Pemikiran seperti ini seringkali menjadi objek diskusi yang mendalam dalam tradisi keilmuan Islam, khususnya dalam konteks filsafat, tasawuf, dan metafisika. Kebanyakan dari diskusi ini memberikan dimensi pemahaman yang luas terkait dengan asal-usul manusia dan makna yang lebih dalam dari eksistensi manusia itu sendiri.

Lebih dari sekadar menggugah imajinasi dan rasa ingin tahu kita tentang asal-usul, perjalanan, dan peradaban umat manusia. 

Pemahaman dan interpretasi atas asal-usul manusia serta periode-periode sejarah yang telah terjadi merupakan hal yang kompleks.

Baca Juga: Perjalanan ruh, perbuatan kerabat-kerabatnya yang masih hidup ditampakkan di alam barzakh

Rekomendasi literatur

Konsep itu banyak dikutip dari Muhyiddin Ibnu Arabi dalam kitab "al-Futuhat al-Makkiyah" yang menyoroti konsep mengenai Adam dalam konteks yang lebih luas. Ibnu Arabi adalah seorang filsuf dan sufi terkenal, menyampaikan pemikiran yang menarik terkait dengan keberadaan Adam dalam banyak bentuk.

Ibnu Arabi menggambarkan pemahaman yang mendalam tentang makna keberadaan manusia dari perspektif spiritual dan metafisika.

Pandangan ini tidak hanya ditemukan dalam karya Ibnu Arabi tetapi juga dijelaskan dalam karya lain seperti "Da’irah Ma’arif" oleh Fatid Wajid dan "Al-Tawhid" oleh Ibnu Babawayh, yang semuanya merujuk pada riwayat dari Imam Ja'far Sadiq ra. Riwayat tersebut menyatakan bahwa Allah SWT menciptakan 100 ribu Nabi Adam.

Baca Juga: Puncak teknologi manusia ada di era Imam Mahdi, pencapaian tertinggi digital hingga eksplorasi antariksa

Kisah Ibnu Arabi

Dalam kitab “al-Futuhat al-Makkiyah”, Jilid III, Bab 390, hal. 459, ref. Tafsir Kabir V, dikisahkan bahwa suatu hari beliau melihat diri beliau dalam mimpi sedang berthawaf di Ka’bah. Dalam mimpi itu beliau berjumpa dengan seseorang yang menyatakan dirinya sebagai leluhur beliau.

Ibnu Arabi bertanya, "Berapa lama Anda meninggal?"
Orang itu menjawab, "Lebih dari empat puluh ribu tahun”.
Ibnu Arabi bertanya, "Tetapi masa itu jauh lebih lama dari masa yang memisahkan kita dari Adam, bahkan Adam sendiri tidak hidup selama itu."
Orang itu menjawab, "Tentang Adam mana yang engkau maksudkan? Adam yang terdekat dengan dirimu kah atau Adam yang lainnya?"
Maka Ibnu Arabi ra kemudian teringat akan sebuah sabda Rasulullah SAW yang berbunyi “Innallaaha khalaqa miata alafa Adam” (Sesungguhnya Allah SWT menciptakan 100 ribu Nabi Adam).
Akhirnya beliau membatin di dalam hatinya, “Barangkali orang yang mengaku dirinya leluhurku ini seorang dari Adam-Adam terdahulu sebelum Adam yang terdekat denganku."
 

Penjelasan penciptaan Adam dalam Al Quran

Allah SWT berfirman: “Dan sungguh, Kami ciptakan kamu (Adam) kemudian Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Bersujudlah kamu kepada Adam’ maka (mereka) pun sujud kecuali Iblis. la (Iblis) tidak termasuk yang bersujud.” (QS. Al-A’raf 7:11)
 
Kalimat “KAMI CIPTAKAN KAMU” pada ayat tersebut dikenal sebagai kata isim “maskulin jamak” dan bukan kata isim mufrad (kata tunggal) yang dalam Al-Quran Terjemahan Versi Depag, kalimat ini kemudian diterjemahkan dengan tambahan kata “Adam” dalam kurung, dan penunjukan kata “Maskulin Jamak” dengan kalimat yang lain juga diulang pada kalimat berikutnya “KAMI BENTUK KAMU” untuk menegaskan bahwa Adam yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah sosok tunggal melainkan sosok jamak yang bermakna “ada lebih dari satu Adam”
 
Inilah alasannya mengapa Al-Quran menggunakan diksi kata isim maskulin jamak untuk menyebut sosok Adam.
 
Selain itu, di dalam Kitab Suci Al-Quran, Allah SWT juga berfirman: “Dan (ingatlah) ketika berfirman Tuhanmu kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan KHALIFAH di bumi’. (Para malaikat) berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.” (QS. Al-Baqarah 2:30)
 
Kata “KHALIFAH” ( خَلِيفَةً ) dari kalimat “FIL ‘ARDHI KHALIFAH” ( فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ) merupakan kata benda “maskulin akusatif” yang berasal dari kata dasar “KHALAFA” ( خلف ) yang secara harfiah berarti “Pengganti” yang menegaskan tentang adanya subjek “yang diganti”.
 
Sedangkan dalam bentuk kata benda “feminin akusatif”-nya adalah “KHILFAH” ( خلفه ) yang berarti “silih berganti” sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Furqan 25:62. Sehingga kata “KHALIFAH” ( خَلِيفَةً ) dalam QS. Al-Baqarah 2:30 yang merujuk kepada sosok Adam seakan menegaskan bahwa posisi Adam hanyalah sebagai “Pengganti” dari Adam-Adam dari periode zaman sebelumnya secara “silih berganti” dari periode zaman yang satu ke periode zaman berikutnya hingga sampai kepada periode zaman Nabi Adam as yang terakhir yang kita kenal saat ini.
 
Dan penjabaran makna kata “KHALIFAH” ( خَلِيفَةً ) dalam QS. Al-Baqarah 2:30 sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat kita temui penjelasannya dalam Kitab “Permulaan dijadikan Langit dan Bumi” yang ditulis oleh Al-Allamah Syaikh Nuruddin Ali ra.

Nabi Musa AS di Bukit Thursina

Dalam kitab “Permulaan Dijadikan Langit dan Bumi” yang ditulis oleh Al-Allamah Syaikh Nuruddin Ali ra disebutkan bahwa ternyata Allah SWT menciptakan 100 ribu Nabi Adam di mana pada setiap Adam hingga keturunannya yang terakhir berlangsung selama periode 10.000 tahun. Terus menerus berulang dari periode 10.000 tahun yang satu ke periode 10.000 tahun berikutnya. hingga kepada periode 10.000 tahun Adam terakhir yang ke-10.000 yang kita kenal saat ini.
 
Ketika Nabi Musa AS bermunajat kepada Allah SWT di Bukit Thursina, Nabi Musa AS berdialog dengan Allah SWT dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
 
Allah SWT menjawab: “Pertama-tama Aku jadikan adalah Nur Muhammad. Kemudian Aku jadikan Durratul Baidhoo’ dari Nur Muhammad. Dari Durratul Baidhoo’ Aku jadikan 70.000 planet di cakrawala. Maka satu planet itu luasnya tujuh puluh kali Bumi. Tiap-tiap planet itu dijadikan penghuninya 70.000 makhluk, bukan dari bangsa jin, dan bukan dari bangsa manusia, dan juga bukan dari bangsa malaikat. Kesemuanya dijadikan dengan kalimat “Kun Fayakun”. Mereka beribadat kepada-Ku sampai 70.000 tahun lamanya. Kemudian belakangan mereka durhaka kepada-Ku, lalu Aku binasakan mereka semuanya. Lalu kemudian setelah itu Aku jadikan lagi 80.000 buah planet yang besarnya cuma sepuluh kali dari bumi dunia. Semua berada di cakrawala yang bertingkat-tingkat. Di planet itu Aku ciptakan sebangsa unggas yang memakan tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian. Lama kelamaan unggas-unggas itu pun punah. Kemudian baru Aku jadikan 20.000 makhluk sebangsa manusia dari cahaya secara berangsur-angsur lalu punah. Kemudian setelah berselang 70.000 tahun sesudah itu, baru aku jadikan Qalam, Lauhil Mahfuzh, ‘Arsy dan kursi dan malaikat. Maka setelah kira-kira 70.000 tahun lagi barulah Aku jadikan surga dan neraka. Kemudian setelah itu baru Aku jadikan makhluk manusia yang namanya Adam, bukan bapakmu Adam yang sekarang ini, hai Musa. Aku jadikan dia dari awal Adam sampai keturunannya yang terakhir 10.000 tahun lamanya. Setelah itu Aku jadikan pula Adam yang lain dengan keturunannya terakhir dalam masa 10.000 tahun. Demikian seterusnya Aku jadikan tiap-tiap Adam dan keturunannya dalam masa 10.000 tahun, berganti-ganti, sampai mencapai 10.000 orang Adam. Maka Adam yang sekarang inilah yang kesepuluh ribu kalinya.”

Pemahaman ada 100 ribu Nabi Adam menghadirkan konsep bahwa Adam bukan hanya sebagai satu individu tertentu yang pertama kali diciptakan, tetapi sebagai representasi dari manusia pada umumnya. Konsep ini membuka pemahaman akan eksistensi manusia dalam berbagai dimensi dan garis keturunan yang tidak terbatas pada satu individu.

Kapan Adam pertama diciptakan?

Jika benar ada 100 ribu Nabi Adam maka salah satu pertanyaan besar yaitu: kapan Adam paling pertama diciptakan? Apakah Adam yang lain semuanya diturunkan di sebuah planet yang sama atau justru disebarkan di berbagai planet yang berbeda?

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x