Menemukan Atlantis yang hilang di situs Gunung Padang: Ada penjelasan menarik dalam dua buku kuno karya Plato

- 8 Juli 2023, 21:15 WIB
Sebuah koin kuno dan pecahan keramik kuno ditemukan di situs Gunung Padang Cianjur Jawa Barat
Sebuah koin kuno dan pecahan keramik kuno ditemukan di situs Gunung Padang Cianjur Jawa Barat /Kabar Cirebon/Youtube Angelick Vaulina/Youtube Kehidupan Misteri

WartaBulukumba - Situs Gunung Padang menghamparkan batu-batu heksagonal yang nyaris teratur, menciptakan pola geometris yang mengagumkan. Batu-batu kuno misterius dan mistis itu berada di sana menyimpan rahasia zaman yang telah lama berlalu. Benarkah di sana ada sisa kumparan energi sebuah peradaban dengan teknologi maju yang hilang?

Mendaki misteri situs Gunung Padang adalah perjalanan panjang di terowongan sains yang belum usai. Jagat arkeologi, sejarah dan berbagai disiplin ilmu tetap menyimpan rasa penasaran kuat. Mulai Lemurian hingga Atlantis dilekatkan sejumlah saintis pada Gunung Padang.

Profesor Santos, pakar teknik nuklir dari Universitas Federal Minas Gerais Brazil, menyajikan hipotesis yang menarik. Berdasarkan penelitiannya yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti geologi, antropologi, linguistik, dan mitologi, ia berpendapat bahwa Atlantis, sub-benua yang terkenal, mungkin merupakan fakta sejarah yang terjadi di wilayah kepulauan antara Samudera Hindia dan Laut China Selatan.

Baca Juga: Selain situs Gunung Padang, reaktor nuklir purba 2 milyar tahun di Gabon bisa reset sejarah peradaban manusia

Namun, yang menarik perhatian adalah klaimnya bahwa kepulauan Indonesia adalah lokasi yang paling mungkin menjadi Atlantis. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan mengenai kaitan antara klaim ini dengan situs Gunung Padang yang terletak di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia.

Dr. Ali Akbar, seorang arkeolog dari Universitas Indonesia, memberikan pandangannya tentang hubungan antara klaim mengenai Atlantis yang hilang dan Gunung Padang. Menurutnya, situs purba Gunung Padang diyakini merupakan hasil kemajuan peradaban manusia yang hidup sekitar 5200 tahun sebelum Masehi. Usia peradaban ini jauh lebih tua dibandingkan peradaban Mesir dan Mesopotamia yang diperkirakan berusia sekitar 3000-4000 SM.

Menariknya, alegori yang diceritakan oleh Plato tentang Atlantis menyatakan bahwa peradaban Atlantis ada pada masa 11000 SM.

Dalam hal usia, peradaban yang paling mendekati periode ini adalah Gunung Padang. Hal ini menambah daya tarik dan kontroversi terkait situs Gunung Padang, karena kemungkinan keterkaitannya dengan legenda Atlantis.

Baca Juga: Misteri situs Gunung Padang: Hasil penelitian Professor Santos menyebut Atlantis terkubur di bawah Indonesia

Meskipun klaim ini menarik dan memberikan ruang untuk spekulasi, perlu dicatat bahwa pendapat ini masih dalam ranah hipotesis dan belum teruji secara ilmiah.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap kebenaran sejati di balik mitos dan legenda yang melingkupi Atlantis dan kaitannya dengan situs Gunung Padang di Indonesia.

Timaeus dan Critias karya Plato

Dalam literatur  kuno, dua buku yaitu Timaeus dan Critias karya Plato, muncul sebuah dialog yang melibatkan beberapa tokoh, termasuk Timaeus, Critias, Hermocrates, dan Socrates.

Dalam dialog ini, Critias, yang mendengar cerita ini dari kakeknya yang juga bernama Critias, mengisahkan kisah Atlantis.

Baca Juga: Misteri situs Gunung Padang: Koneksi tersembunyi antara piramida Mesir kuno dan alien

Kakek Critias sendiri mendapatkan kisah ini dari Solon, yang mendengarnya dari para pendeta Mesir.

Buku Timaeus hanya menyentuh sedikit tentang Atlantis, sementara Critias memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang kota legendaris ini.

Sejarah mitos Atlantis yang terungkap dalam buku Timaeus mengungkapkan letak geografis kota tersebut.

"Kekuatan ini berasal dari Samudra Atlantik. Pada masa itu, Samudra Atlantik bisa dilayari dan terdapat sebuah pulau yang terletak di depan Selat Herkules. Pulau ini lebih besar daripada gabungan wilayah Libya dan Asia, dan Selat Herkules adalah gerbang masuk ke pulau-pulau lain di sekitarnya. Dari pulau-pulau ini, seseorang dapat mencapai seluruh benua yang berbatasan dengan Samudra Atlantik. Laut yang berada di dalam Selat Herkules hanyalah seperti pelabuhan dengan pintu masuk yang sempit. Namun, laut yang berada di luar selat tersebut adalah laut yang sebenarnya, dan benua yang mengelilinginya bisa dianggap sebagai benua yang tak terbatas. Di wilayah Atlantis ini, terdapat sebuah kerajaan besar yang memerintah seluruh pulau dan pulau-pulau di sekitarnya, serta sebagian wilayah di benua lainnya," kutipan tersebut berasal dari buku Timaeus.

Asal usul bangsa Atlantis dijelaskan dalam buku Critias. Seperti kutipan berikut ini: "Sebelumnya, aku telah berbicara tentang pembagian wilayah yang dilakukan oleh para dewa dan bagaimana mereka tersebar di seluruh dunia dengan proporsi yang berbeda-beda. Dan Poseidon, menerima porsi wilayahnya, yaitu pulau Atlantis."

"Di tengah-tengah pulau tersebut terdapat dataran yang dianggap sebagai yang terbaik dan memiliki tanah yang subur. Di sana, terdapat sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi di setiap sisinya. Di gunung tersebut tinggal seorang pria bernama Evenor, yang memiliki seorang istri bernama Leucippe. Mereka memiliki seorang putri bernama Cleito. Setelah Cleito dewasa,ayah dan ibunya meninggal dunia. Poseidon jatuh cinta pada Cleito dan berhubungan dengannya," penjelasan tersebut terdapat dalam buku Critias.

Karakteristik tanah Atlantis yang digambarkan dalam buku Critias sangatlah menakjubkan.

"Poseidon kemudian membagi tanah di sekitar bukit tempat tinggal Cleito sehingga bukit tersebut terpisah dari dataran lainnya. Sekarang, bukit tersebut dikelilingi oleh lingkaran laut. Poseidon membuat dua daratan seperti ini sehingga jumlahnya menjadi dua daratan yang dikelilingi oleh tiga wilayah perairan."

"Masing-masing daratan memiliki lingkaran yang berjarak sama dari pusat pulau tersebut. Sehingga tidak ada orang atau kapal yang bisa mencapai pulau tersebut. Poseidon juga membuat dua mata air di tengah pulau, satu air hangat dan satu air dingin. Ia juga membuat berbagai macam tanaman tumbuh subur di pulau tersebut," deskripsi ini terdapat dalam buku Critias.

Penjelasan lainnya dalam dua literatur kuno itu adalah bahwa masyarakat Atlantis memiliki struktur sosial yang beragam. Pada masa itu, wilayah Atlantis dihuni oleh berbagai kelas masyarakat. Terdapat tukang batu, tukang kayu, suami-suami, dan para prajurit. Bagi para prajurit, mereka memiliki wilayah sendiri dan semua kebutuhan hidup dan pendidikan mereka dipenuhi dengan berlimpah.

Mereka tidak pernah menganggap kepemilikan mereka sebagai milik pribadi, melainkan sebagai kepemilikan bersama. Mereka juga tidak pernah menuntut lebih banyak makanan dari yang mereka butuhkan. Para prajurit tinggal di sekitar kuil Athena dan Hephaestus di puncak bukit. Mereka membangun pagar untuk melindungi tempat tersebut.

Di sebelah utara, mereka membangun ruang makan untuk musim dingin dan bangunan-bangunan umum. Mereka tidak memuja emas dan perak, karena bagi mereka, itu tidak berguna. Mereka membangun rumah sederhana di mana anak-anak mereka dapat tumbuh dan berkembang.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x