Hal ini didasarkan pada hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ (رواه الترمذى وأبو داود وابن ماجه وأحمد)
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Huraerah ia berkata: Rasulullah saw bersabda:Puasa (sunnat) yang paling utama setelah (puasa) di bulan Ramadhan adalah (puasa) pada bulan Allah yang almuharram (puasa Asyura), dan shalat sunnat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat lail”. (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad).
Baca Juga: Puasa Syawal, keutamaan dan ganjaran jika melaksanakannya setelah Idul Fitri
Hadits riwayat at-Tirmidzi , Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad di atas menunjukkan bahwa puasa sunat yang paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadhan adalah puasa sunat pada bulan Muharram yang dikenal dengan puasa Asyura.
Beberapa nash hadis menerangkan bahwa di masa Jahiliyah kaum Quraisy telah terbiasa melaksanakan puasa ‘Asyura, dan Rasulullah SAW ketika berada di Makkah juga melakukannya.
Tatkala Nabi saw. hijrah ke Madinah beliau mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut, dan beliau tetap berpuasa bahkan memeritahkan kepada para shahabat untuk melakukannya, dan keadaan seperti itu tetap dilakukan sampai diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan.
Baca Juga: Bacaan dan doa ziarah kubur lengkap dengan latin, terjemahan dan tata caranya
Hal ini dijelaskan dalam beberapa hadits diantaranya:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ الْفَرِيضَةَ وَتُرِكَ عَاشُورَاءُ فَكَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ لَمْ يَصُمْهُ (رواه البخارى)