Buku 'Hanua Sinjai' karya sejarawan Bulukumba disusun 30 tahun lebih

- 15 Mei 2022, 19:54 WIB
Muhannis (kemeja) menyerahkan buku Hanua Sinjai kepada Alfian Nawawi Pimred WartaBulukumba.com
Muhannis (kemeja) menyerahkan buku Hanua Sinjai kepada Alfian Nawawi Pimred WartaBulukumba.com /WartaBulukumba.com

WartaBulukumba - Sejarah Sinjai di Sulawesi Selatan mengalir bening dalam buku berjudul 'Hanua Sinjai' yang dihamparkan oleh sejarawan dan budayawan kelahiran Bulukumba, Muhannis dengan menguak peristiwa-peristiwa monumental mulai tahun 1511 hingga 2020.

Buku Hanua Sinjai diterbitkan oleh Penerbit Ininnawa, Makassar, dan dieditori oleh penulis terkenal asal Jeneponto, Khrisna Pabichara. Buku ini telah dilaunching pada April 2022.

Sejarah Sinjai dalam berbagai babakan era disibak secara sistematis dan runut oleh Muhannis namun tetap enak dibaca lantaran mengalir dalam narasi yang mudah dicerna.

Baca Juga: Semasa kecilnya di Kajang Bulukumba Imam Besar Masjid Al Hikmah New York 'hobi berkelahi'

Buku Hanua Sinjai menyusuri pelbagai sudut sejarah politik kerajaan, awal masuk dan perkembangan agama Islam, geliat sufisme, perkembangan seni, peristiwa peperangan melawan kolonial Hindia Belanda, hingga pesan-pesan leluhur.

“Data-data buku ini dihimpun selama lebih 30 tahun dari lontara dan dikomparasikan dengan data Belanda. Saya tulis selama tiga tahun. Terima kasih kepada semua pihak yang mendukung terbitnya buku ini,” kata Muhannis kepada WartaBulukumba.com pada Ahad, 15 Mei 2022.

Buku Hanua Sinjai berukuran 15×21 cm, dan tebalnya 670 halaman dengan membentangkan uraian 18 bagian.

Baca Juga: Menyibak Bulukumba Toa 1900-1911 dari catatan antropolog Belanda BF Matthes

Bagian pertama mengajak pembaca menelusuri sejarah politik, perjalanan sejarah lokal, dan rasa kebatinan masyarakat Sinjai pada abad XVI-XXI.

Dalam sebuah bab, ada pemaparam sejarah Rumpakna Mangarabombang atau Perang Mangarabombang. Juga ada bab yang mengisahkan Sinjai melalui perspektif budaya.

Pamungkas dari buku ini menuntaskan uraian secara menarik ihwal Pandemi Covid-19 yang ditinjau dari perspektif Pappaseng Toriolo.

Baca Juga: Nenek moyang bangsa Madagaskar ternyata berasal dari Nusantara

Buku ini mengacu dan membahas hasil-hasil penelitian dan pengkajian data-data tentang Sinjai.

Sumber-sumber data itu digali dari lontara yang banyak bertebaran di Sinjai maupun dari Bone, Gowa, Tallo, Luwu, Sidrap, Wajo dan lain-lain.

Hanua Sinjai juga dikomparasikan dengan berbagai data dari luar negeri seperti Belanda, Inggris, Jerman, Malaysia, Brunei dan negara lainnya.

Baca Juga: Tahukah Anda? Inilah manusia Bulukumba pertama yang menulis novel

Pembaca buku ini diajak berenang dengan nyaman hingga menyelami lautan sejarah Sinjai yang diperkuat validitas data.

Wawasan dan pengetahuan pembaca ihwal Sinjai akan lebih mendalam serta menjawab banyak pertanyaan yang kerap muncul di kalangan pemerhati sejarah.

Pada tahun 2013, Muhannis juga menulis beberapa lagu berlirik Bahasa Konjo. Salah satu di antaranya  diberi judul “Maliang Ri Ara” yang dinyanyikan oleh penyanyi Ulho.

Novel karyanya yang ditulis dalam bahasa Makassar: “Karruq Ri Bantilang Phinisi” atau “Tangisan di Gubuk Phinisi” pada tahun 2011 tiba-tiba menyentak jagad sastra Indonesia. Novel itu mencuri banyak perhatian dari kalangan penikmat sastra dan pemerhati budaya khususnya di Sulawesi Selatan.

Ia membuktikan kepiawaiannya menghasilkan karya sastra berbahasa daerah Makassar. Kehadiran novel yang fenomenal itu adalah sebuah bentuk kepedulian terhadap bahasa daerah yang berfungsi sebagai identitas etnik.

Dorongan dan bantuan beberapa literatur kuno dari kakek neneknya Puang Basiraq Daeng Basiq dan Balaq Nojeng Daeng Matiqnoq serta naskah-naskah keluarga lainnya yang semuanya telah tak ada lagi karena hancur, menambah keyakinan akan kemampuannya mengolah bahasa daerah menjadi karya sastra.

Drs. Muhannis Ara Daeng Lawaq lahir di Desa Ara, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan pada 5 Juni 1959.

Putra dari pasangan Maggauq Daeng Gau dan Jaenong Daeng Sinnong. Mulai menyukai dan belajar sastra daerah sejak kecil. Ia tertarik dengan keindahan bahasa tetua di kampungnya yang dia kira sama dengan puisi yang diajarkan oleh guru di sekolah, cuma berbeda bahasa. 

Atas kecintaannya pada naskah kuno, Balai Arsip Nasional Makassar pernah memberikan Piagam Penghargaan pada dedikasinya menyelamatkan naskah-naskah kuno.

Untuk penciptaan karya sastra, karyanya selalu ditampilkan pada berbagai even dan pertunjukan. Di bidang lomba, menjadi juara lomba cipta puisi daerah se-Sulsel di UNHAS tiga tahun berturut-turut (2005, 2006 dan 2007). Karya-karya seni lainnya pernah dipentaskan di tingkat desa sampai internasional.

Buku terbarunya, Hanua Sinjai, mengantarkan pembaca pada pemahaman baru terhadap sejarah yang sering menjadi bahan perdebatan.

Perdebatan seperti kapan nama Sinjai mulai diperkenalkan, kapan konfederasi Tellulimpoe dan Pitulimpoe lahir dan siapa penggagasnya, kapan agama islam mulai diperkenalkan di Sinjai dan bagaimana prosesnya, bagaimana posisi Sinjai saat terjadinya perang antara Gowa dan Bone, apa peran putra-putra Sinjai pada saat perebutan kemerdekaan, saat terbentuknya NIT dan RIS.

Serta pernahkah ada putra Sinjai yang menduduki jabatan sebagai Mentri di Indonesia, apa itu Rumpakna Mangarabombang, kenapa terjadi Pemberontakan I Massalinri, kenapa Suka, Balasuka dan Tombolo Pao hilang di Sinjai.

Siapa yang pertama kali mengibarkan bendera merah putih dan di mana lokasinya dan lain-lainnya. Lebih dipertajam lagi siapa yang paling pantas disebut pahlawan Sinjai.

Buku ini mengulas pula sejarah terbentuknya Kabupaten Sinjai lengkap dengan anggota DPRD Gotong Royongnya dan lebih 70 orang tokoh yang pernah menjadi penguasanya atau menjabat Bupati dan semacamnya mulai Sinjai terjajah oleh Belanda tahun 1859 sampai tahun 2020.

Hanua Sinjai bahkan mengulas Sinjai pernah memiliki Asisten Residen yang berkuasa sampai Bulukumba dengan ibukotanya Balangnipa selama lebih 50 tahun dengan ditetapkannya Sinjai sebagai Afdeling Oosterdistrichten tahun 1861.

Dari sisi budaya, pembaca akan diantar pula mengenal sastra kuno Sinjai seperti osong perang, sastra islami dan sebagainya. 

Buku Hanua Sinjai adalah sebuah literatur yang sangat layak mengisi koleksi bacaan Anda.

Buku ini begitu komprehensif sehingga bisa menjadi rujukan bagi para peneliti atau menjadi ensiklopedi bagi generasi muda, terkhusus generasi muda Sinjai.

Info pemesanan buku Hanua Sinjai bisa menghubungi Alif Ilhamsyah 082396315181/082318241112.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x