Masuknya Islam di Sinjai, menyibak peran penting Dato ri Tiro

- 19 April 2021, 07:03 WIB
Ilustrasi kitab suci Al Qur'an.
Ilustrasi kitab suci Al Qur'an. /Pixabay.com

WartaBukumba - Sebuah titik penting dan bercahaya benderang dimulai pada awal abad ke-17 Masehi di Jazirah Sulawesi Selatan.

Sebagaimana beberapa negeri lainnya di jazirah itu, Persekutuan Tellu Limpoe masih digelapkan oleh animisme ketika sebuah cahaya benderang datang.

Persekutuan Tellu Limpoe terdiri dari semacam aliansi, perserikatan, dan persaudaraan dari tiga kerajaan. Mereka terdiri dari Kerajaan Tondong, Kerajaan Bulo-Bulo dan Kerajaan Lamatti.

Baca Juga: Gerebek judi sabung ayam di Batunilamung, polisi musnahkan arena

Lalu Islam datang dengan damai melalui pendekatan penyesuaian budaya masyarakat lokal.

Persekutuan Tellu Limpoe yang di zaman sekarang merupakan wilayah Kabupaten Sinjai menerima hidayah cahaya Islam pada sekitar tahun 1604 Masehi.

Di sana terdapat peran sentral seorang tokoh penyebar Islam, Abdul Jawad Khatib Bungsu atau yang lebih dikenal dengan nama Datuk ri Tiro atau Dato ri Tiro.

Baca Juga: Polsek Bulukumpa giatkan Pam Shalat Tarawih untuk berikan rasa aman buat jamaah masjid

Dato ri Tiro adalah muballigh asal Minangkabau yang menyebarkan agama Islam di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-17 Masehi. 

Dalam buku Islamisasi di Sinjai (Penerbit: Sawerigading, 2016) yang ditulis oleh Sritimuryati, terbentang sejarah awal masuknya nur Islam ke Kabupaten Sinjai.

Terdapat setidaknya dua pintu dari masuknya Islam di Sinjai. Pertama, Islam masuk melalui murid-murid Dato ri Tiro yang menyebarkan Islam ke Sinjai. Kedua, adanya beberapa sosok dari Persekutuan Tellu Limpoe yang datang langsung menemui Dato ri Tiro untuk belajar Islam. Sosok-sosok itu diurai rinci dalam buku Islamisasi di Sinjai.

Baca Juga: Fitur timelapse Google Earth menyoroti perubahan iklim

Dato ri Tiro memulai langkah berdakwah bersama dengan Dato ri Bandang dan Dato Patimang, yang juga sama-sama berasal dari Minangkabau. Dato ri Tiro menyebarkan Islam dengan pendekatan penyesuaian budaya masyarakat lokal dan hubungan baik dengan para penguasa kerajaan.

Peran awalnya adalah pengislaman Kedatuan Luwu, Kerajaan Gowa, dan Kerajaan Tallo. Setelah itu, ia bergerak mengislamkan Kerajaan Tiro di Bonto Tiro.

Pengislaman berlanjut hingga ke Kerajaan Bantaeng dan Persekutuan Tellu Limpoe.

Baca Juga: Baru kali ini Ratu Elizabeth II tidak berjalan di depan Pangeran Philip

Dato ri Tiro mulai menyebarkan agama Islam di Bonto Tiro yang merupakan wilayah Kabupaten Bulukumba di zaman sekarang.

Dalam proses islamisasi di Bonto Tiro, Dato ri Tiro mula-mula berhasil mengajak Raja Tiro, La Unru Daeng Baso untuk memeluk agama Islam, pada tahun 1604 Masehi. 

Titik itu awal mula Tiro sebagai pusat pengembangan Islam untuk negeri-negeri sekitarnya, seperti Tellu Limpoe (Sinjai) dan Bantaeng.***

 

 

 

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x