Kesurupan massal di SMAN 1 Bulukumba: Simak penjelasan ilmiah dan perspektif dalam Islam

9 September 2023, 12:48 WIB
Ilustrasi - Kesurupan massal di SMAN 1 Bulukumba: Simak penjelasan ilmiah dan perspektif dalam Islam /Pixabay/magwood_photography

 

WartaBulukumba.Com - Gerakan dan teriakan memutarbalikkan realitas mereka. Tenggelam dalam dunia yang tak terlihat, mata kehilangan cahaya. Suara-suara aneh menggeram, kata-kata yang bukan milik mereka mengalir dari bibir mereka. Fenomena kesurupan massal kembali terjadi di sebuah sekolah di Kabupaten Bulukumba baru-baru ini.

Fenomena kesurupan massal terjadi di SMAN 1 Bulukumba, bahkan satu siswa harus dirawat inap di rumah sakit. Sekitar 23 siswa dilaporkan mengalami kesurupan saat aktifitas di sekolah berlangsung.

Sejumlah siswa dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba dan mendapatkan perawatan lanjutan. Salah satu murid yang dirawat inap mengalami demam tinggi dan tidak sadarkan diri usai kesurupan.

Baca Juga: Surah Al Falaq diturunkan saat Nabi Muhammad SAW kena sihir?

Peristiwa kesurupan massal adalah fenomena di mana sekelompok orang secara bersama-sama mengalami gejala yang sama atau mirip, seperti kejang, pingsan, dan gangguan fisik dan emosional lainnya.

Fenomena kesurupan massal juga sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, seperti kemasukan roh jahat atau pengaruh jin. Namun, sebenarnya ada penjelasan ilmiah terkait kesurupan massal.

Literatur 

Di ruang literatur, ada buku berjudul "Rahasia Indra Keenam Mediumship - Menembus Batas Dunia Lain" yang ditulis oleh Ekokaf dan diterbitkan oleh TransMedia. Buku ini membahas mediumship dan kemampuan keenam indera yang dapat membantu seseorang menembus batas antara dunia fisik dan dunia spiritual.

Selanjutnya, ada buku berjudul "Understanding Kesurupan - Memahami Kesurupan, Mengatasi Depresi" yang ditulis oleh Adebba Ramadhanti Noury dan diterbitkan oleh Anak Hebat Indonesia. Buku ini membahas fenomena kesurupan dari sudut pandang psikologi. Bagaimana psikologi mencoba memahami individu yang mengalami kesurupan dan membantu mereka mengatasi akar masalah yang mungkin terkait dengan perilaku kesurupan.

Kedua buku ini memberikan wawasan yang berbeda tentang fenomena kesurupan, satu dari sudut pandang spiritual dan yang lainnya dari sudut pandang psikologis. 

Baca Juga: Asbabun Nuzul Surah Al Kafirun dan pengertian 'kafir' menurut Islam

Penjelasan ilmiah 

Penjelasan ilmiah yang paling umum untuk kesurupan massal adalah trans dissosiatif. Trans dissosiatif adalah kondisi di mana seseorang mengalami perubahan dalam kesadarannya, sehingga kehilangan perasaan identitas diri dan menjadi terbawa oleh suasana atau keadaan di sekitarnya. Dalam kasus kesurupan massal, trans dissosiatif dapat terjadi karena pengaruh sugesti, keyakinan, atau tekanan sosial.

Seseorang yang sedang dalam keadaan trans dissosiatif dapat mengalami berbagai gejala, seperti:

  • Perubahan perilaku, seperti berbicara dengan suara yang berbeda atau melakukan gerakan yang tidak biasa
  • Kehilangan kesadaran atau pingsan
  • Kejang-kejang
  • Rasa sakit atau nyeri
  • Gangguan emosional, seperti ketakutan, kecemasan, atau kemarahan

Gejala-gejala ini dapat menyerupai gejala kesurupan yang sering digambarkan dalam kepercayaan masyarakat. Namun, penting untuk diingat bahwa kesurupan massal bukan merupakan hal yang mistis, melainkan gangguan mental dalam penjelasan ilmiah.

Baca Juga: Menyibak misteri lautan: Mermaid di antara mitos, sejarah dan penemuan arkeologi yang mengejutkan

Selain trans dissosiatif, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kesurupan massal, seperti:

  • Faktor psikologis: Individu yang memiliki masalah psikologis, seperti gangguan kecemasan, gangguan stres pasca-trauma, atau gangguan kepribadian, lebih rentan mengalami kesurupan massal.
  • Faktor sosial: Individu yang tinggal di lingkungan yang memiliki kepercayaan kuat terhadap hal-hal mistis juga lebih rentan mengalami kesurupan massal.
  • Faktor situasional: Kesurupan massal sering terjadi pada situasi atau kondisi yang menimbulkan kecemasan atau stres, seperti saat terjadi bencana alam, kerusuhan, atau wabah penyakit.

Penjelasan dalam perspektif Islam

Dalam wilayah perspektif Islam, ada sejumlah penjelasan terkait kesurupan massal maupun kesurupan individu.

Penjelasan dari Ustadz Ammi Nur Baits, Dewan Pembina di laman Konsultasi Syariah.com, terdapat banyak dalil dari Alquran dan hadis yang menggambarkan keberadaan penyakit kesurupan jin. Diantaranya,

Allah berfirman, menceritakan keadaan pemakan riba ketika dibangkitkan,

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا

“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba…” (QS. Al-Baqarah: 275)

Keterangan Ibnu Katsir,

أي لا يقومون من قبورهم يوم القيامة إلا كما يقوم المصروع حال صرعه وتخبط الشيطان له ، وذلك أنه يقوم قياماً منكراً ، وقال ابن عباس : آكل الربا يبعث يوم القيامة مجنوناً يخنق

“Maksud ayat, pemakan riba tidak akan dibangkitkan dari kubur mereka pada hari kiamat kecuali seperti bangkitnya orang yang kesurupan dan kerasukan setan. Karena dia berdiri dengan cara tidak benar. Ibnu Abbas mengatakan, “Pemakan riba, dibangkitkan pada hari kiamat seperti orang gila yang tercekik.” (Tafsir Ibn Katsir, 1:708).

Terkait fenomena ini, al-Qurtubi menegaskan,

هذه الآية دليل على فساد إنكار من أنكر الصرع من جهة الجن ، وزعم أنه من فعل الطبائع وأن الشيطان لا يسلك في الإنسان ولا يكون منه مس

“Ayat ini dalil tidak benarnya pengingkaran orang terhadap fenomena kesurupan karena kerasukan jin. Mereka menganggap bahwa itu hanya murni penyakit badan. Sedangkan setan tidak bisa mengalir di dalam tubuh tubuh manusia dan tidak bisa merasuk ke dalam tubuhnya.” (Tafsir a-Qurtubi, 3:355)

Disebutkan dalam hadis dari Abul Aswad as-Sulami, bahwa diantara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ، وَالْحَرِيقِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ…

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa benda keras, aku berlindung kepada-Mu dari mati terjatuh, aku berlindung kepada-Mu dari tenggelam dan kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu dari keadaan setan merasuki badanku ketika mendekati kematian…” (HR. Nasai 5533 dan dishahihkan al-Albani)

Al-Munawi menjelaskan,

“…setan merasuki badanku ketika mendekati kematian…”: dengan gangguan yang yang bisa menggelincirkan kaki, merasuki akal dan pemikiran. Terkadang setan menguasai seseorang ketika hendak meninggal dunia, sehingga dia bisa menyesatkannya dan menghalanginya untuk bertaubat… (Faidhul Qadir, 2:148)

Kedua, kesurupan, dengan jin masuk ke tubuh manusia adalah kejadian yang hakiki, kenyataan dan bukan khayalan.

Abdullah bin Imam Ahmad pernah bertanya kepada ayahnya,

إنَّ قَوْمًا يَزْعُمُونَ أَنَّ الْجِنِّيَّ لَا يَدْخُلُ فِي بَدَنِ الْإِنْسِيِّ

“Sesungguhnya ada beberapa orang yang berpendapat, bahwa jin tidak bisa masuk ke badan manusia.”

Imam Ahmad menjawab,

يَا بُنَيَّ يَكْذِبُونَ هُوَ ذَا يَتَكَلَّمُ عَلَى لِسَانِهِ

“Wahai anakku, mereka dusta. Jin itulah yang berbicara dengan lisan orang yang dirasuki.”

Setelah membawakan keterangan ini, Syaikhul Islam memberi komentar,

وَهَذَا الَّذِي قَالَهُ أَمْرٌ مَشْهُورٌ فَإِنَّهُ يَصْرَعُ الرَّجُلَ فَيَتَكَلَّمُ بِلِسَانٍ لَا يَعْرِف مَعْنَاهُ وَيُضْرَبُ عَلَى بَدَنِهِ ضَرْبًا عَظِيمًا لَوْ ضُرِبَ بِهِ جَمَلٌ لَأَثَّرَ بِهِ أَثَرًا عَظِيمًا. وَالْمَصْرُوعُ مَعَ هَذَا لَا يُحِسُّ بِالضَّرْبِ وَلَا بِالْكَلَامِ الَّذِي يَقُولُهُ

“Apa yang disampaikan Imam Ahmad adalah masalah yang terkenal di masyarakat. Orang yang kerasukan berbicara dengan bahasa yang tidak bisa dipahami maknanya. Terkadang dia dipukul sangat keras, andaikan dipukulkan ke onta, pasti akan menimbulkan sakit. Meskipun demikian, orang yang kesurupan tidak merasakan pukulan dan tidak menyadari ucapan yang dia sampaikan.”

Beliau juga menegaskan,

ومن شاهدها أفادته علماً ضرورياً بأن الناطق على لسان الإنس ، والمحرك لهذه الأجسام جنس آخر غير الإنسان

Orang yang menyaksikan kejadian kesurupan, dia akan mendapatkan kesimpulan yang meyakinkan bahwa yang bicara dengan lidah manusia dan yang menggerakkan badannya adalah makhluk lain, selain manusia (Majmu’ al-Fatawa, 24:277).

Ketiga, ulama sepakat, jin bisa merasuki tubuh manusia

Hal ini sebagaimana ditegaskan Syaikhul Islam dalam fatwanya,

وليس في أئمة المسلمين من ينكر دخول الجن بدن المصروع وغيره، ومن أنكر ذلك وادعى أن الشرع يُكذب ذلك فقد كذب على الشرع، وليس في الأدلة الشرعية ما ينفي ذلك

“Tidak ada satupun ulama islamyang mengingkari jin bisa masuk ke badan orang yang kesurupan dan lainnya. Orang yang mengingkari hal ini dan mengklaim bahwa syariat mendustakan anggapan jin bisa masuk ke badan manusia, berarti dia telah berdusta atas nama syariah. Karena tidak ada satupun dalil syariat yang membantah hal itu.” (Majmu’ al-Fatawa, 24:277).

Fenomena kerasukan jin adalah kenyataan yang tidak mungkin dibantah. Di samping kejadian di lapangan, realita ini juga dibuktikan dengan dalil Alquran, hadis dan kesepakatan ulama. Satu-satunya golongan yang mengingkari realita ini adalah mu’tazilah, dan para pemuja akal sedernhana yang mengikuti jejaknya.

Ada banyak sebab, mengapa jin merasuk ke dalam tubuh manusia, bisa karena motivasi cinta dan bisa sebaliknya, karena kebencian.***

 

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler