Nyamuk DBD dipasangi chip! Pakar ingatkan tubuh rakyat Indonesia terancam dikendalikan asing

25 November 2023, 13:56 WIB
Ilutrasi nyamuk DBD - Nyamuk DBD dipasangi chip! Pakar ingatkan Indonesia punya waktu hingga 1 Desember tolak WHO Pandemic Treaty / /Pixabay

WartaBulukumba.Com - Ketika nyamuk DBD dipasangi chip melalui program global WHO Pandemic Treaty maka kedaulatan kesehatan terancam. Jika benar maka makhluk-makhluk kecil bersayap yang mendengung itu membawa kita dikendalikan sepenuhnya oleh pihak asing. Penyebaran nyamuk Aedes Aegypti yang disuntik bakteri Wolbachia adalah teror nyata menurut sejumlah pakar.

Sejak jauh hari sebelumnya, sejumlah pakar di Indonesia melontarkan sorotan keras kepada pemerintah yang telah membuka pintu lebar-lebar persetujuan terhadap ‘Pandemic Treaty’. 

Mereka mewanti-wanti bahwa rakyat Indonesia hanya memiliki batas waktu hingga 1 Desember 2023 untuk melakukan gerakan penolakan terhadap proyek milik World Mosquito Program.

Baca Juga: Sederet manfaat daun sambiloto yang mengejutkan! Orang Bulukumba menyebutnya 'paipai'

Tubuh rakyat Indonesia bisa dikendalikan asing

“Tolak WHO Pandemic Treaty mulai saat ini, karena batas waktunya sampai 1 Desember 2023,” kata pegiat media sosial, Nicho Silalahi, dikutip dari akun X @Nicho Silalahi pada Senin, 13 November 2023.

Nicho memaparkan ada situasi berbahaya sebagaimana diungkapkan para pakar, salah satu di antaranya adalah eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Kita bisa berada di bawah kekuasaan WHO!

Pemasangan chip lewat nyamuk Wolbachia ke dalam tubuh rakyat Indonesia  berarti setiap rakyat yang digigit nyamuk otomatis berada dalam pengendalian asing.

“Artinya pemasangan chip pada tubuh kita sudah di depan mata. Orang yang sudah terpasang chip akan mudah ditarget oleh nyamuk itu karena dikendalikan oleh IPT (Internet Protocol Transmisi),” ungkap Nicho.

Baca Juga: Cek jika Anda pengidap hoarding disorder: Suka menimbun sampah atau barang tak berguna

Statement Nicho adalah reaksi terhadap viralnya sebuah video pertemuan para pakar kesehatan dari UGM, eks Menkes Siti Fadilah,Komjen Dharma Parengkuan serta peneliti senior Prof. Richard Claproth.

Siti Fadilah bersama sejumlah pakar kesehatan UGM melakukan gerakan menentang upaya penyebaran nyamuk berbahaya tersebut di Denpasar.

Upaya itu cukup berhasil dengan adanya penundaan penyebaran nyamuk dari Pemkot Denpasar. Sebelumnya penyebaran nyamuk wolbachia ini direncanakan disebar pada Senin, 13 November 2023 kemarin.

“Harapan banyak masyarakat, itu – nyamuk Wolbachia ditunda dulu penyebarannya. Nanti akan dilakukan apabila dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan,” ujar Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara dikutip dari Antara pada Senin, 13 November 2023.

Baca Juga: Kenali gejala hoarding disorder atau 'gangguan penimbunan': Ketahui penyebab dan cara mengatasinya

Uji coba di Denpasar

Pelepasan nyamuk Wolbachia yang ditujukan untuk menangani kasus Demam Berdarah (DBD) di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng, Bali, ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.

Diwartakan BBC News Indonesia pada Kamis, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Wayan Widia, mengatakan penundaan itu diputuskan lantaran terjadi pro dan kontra di masyarakat.

Bahkan sebuah petisi yang menolak pelepasan nyamuk Wolbachia dibuat secara daring pada awal November dan sejauh ini mendapatkan dukungan 1.650 orang.

Direktur Pusat Kedokteran Tropis, dr. Riris Andono Ahmad, yang juga salah satu peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, berkata penolakan masyarakat terhadap teknologi baru Wolbachia bisa dipahami.

Berdasarkan penelitian dan penilaian 20 pakar ternama di Indonesia menyatakan risiko dari teknologi Wolbachia dalam 32 tahun ke depan relatif bisa diabaikan.

Penyebaran 200 juta telur nyamuk Wolbachia di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng rencananya dilaksanakan pada 13 November lalu.

Program uji coba yang direstui Kementerian Kesehatan ini bertujuan untuk menekan angka penularan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk aedes aegypti. Kebanyakan masyarakat Bali menolak tegas program tersebut.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler