Update perang di Gaza: Netanyahu tak akan ubah kebijakan operasi militer

- 27 Maret 2024, 23:52 WIB
Seorang pria Palestina memeriksa mobil yang rusak di lokasi serangan Israel, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 26 Maret 2024.
Seorang pria Palestina memeriksa mobil yang rusak di lokasi serangan Israel, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 26 Maret 2024. /REUTERS/Mohammed/

WartaBulukumba.Com - Di bawah langit yang terbelah oleh raungan burung besi, Gaza terhampar, layaknya kanvas duka yang ditenun dalam deru genosida tanpa henti. Di lanskap ini, di mana harapan berkelip bagai lilin dalam badai, setiap butir pasir menanggung bobot seribu kenangan, masing-masing berbisik janji ketangguhan di tengah reruntuan.

Bulan, saksi bisu, menyelimuti puing dengan jubah peraknya, tempat bayang-bayang berbisik kisah masa lalu sebelum terluka oleh agresi dan genosida. Udara, pekat dengan aroma mimpi yang hilang, membawa gema detak hati yang masih berdentum.

Di tengah reruntuhan kota Gaza, kehancuran terus berpadu dengan cerita kepahitan, kesedihan, kelaparan, dan kematian.

Baca Juga: Marwan Barghouti pemimpin terkemuka Palestina disiksa tentara Zionis dalam penjara

Diwartakan Reuters, kata-kata Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, menunjukkan ketegangan politik yang semakin mendalam.

Keputusannya untuk tidak mengirim delegasi ke Washington diartikan sebagai pesan tegas kepada Hamas bahwa tekanan internasional terhadap Israel Penjajah tidak akan mengubah kebijakannya di Gaza.

Ini merupakan refleksi dari situasi politik yang kompleks dan sering kali kontradiktif di wilayah tersebut.

Baca Juga: Bayi-bayi malnutrisi di Gaza bahkan tak punya lagi 'energi untuk menangis'

Dilema Opini Publik Amerika dan Kebijakan Kongres AS

Dalam laporan The Guardian, sebuah jajak pendapat mengejutkan mengungkapkan bahwa 55% warga Amerika menentang operasi militer Israel Penjajah di Gaza, dibandingkan dengan hanya 36% yang mendukung.

Perubahan ini menunjukkan penurunan dukungan opini publik Amerika terhadap operasi tentara Israel Penjajah di Gaza.

Lebih lanjut, kebijakan Kongres AS yang disetujui pada hari Sabtu, memotong pendanaan untuk Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) hingga tahun 2025 dan mengancam akan membatasi pendanaan untuk Otoritas Palestina jika mereka memulai penyelidikan terhadap Israel Penjajah di Pengadilan Kriminal Internasional.

Baca Juga: Netanyahu tolak permintaan Biden untuk batalkan serangan ke Rafah

Keputusan ini menciptakan lapisan tambahan kompleksitas dan kekhawatiran bagi masa depan Palestina.

Dalam sebuah gerakan solidaritas global, 130 anggota parlemen Inggris menandatangani surat yang mendesak pemerintah untuk melarang penjualan senjata ke Israel Penjajah, sebagaimana dilaporkan The Guardian.

Surat ini menekankan bahwa "bisnis seperti biasa" dalam hal ekspor senjata ke Israel Penjajah di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza adalah "sama sekali tidak dapat diterima".

Ini mencerminkan perubahan dalam sikap internasional terhadap perang di Gaza, menandai pergeseran yang signifikan dalam dukungan politik terhadap Palestina.

Laporan terbaru dari The Palestine Chronicle, jumlah korban di Gaza telah mencapai angka yang menghancurkan hati: 32.490 orang Palestina tewas dan 74.889 luka-luka.

Stasiun televisi Al Jazeera melaporkan kondisi darurat di Rumah Sakit Baptist di Gaza, di mana lusinan korban terluka tiba menyusul serangan terbaru oleh Israel Penjajah.

Dalam laporan kritis yang diterbitkan oleh ABC News, media Australia ini menyatakan kekhawatiran mengenai "ketergantungan yang berlebihan pada sumber-sumber Israel dan ketidakpercayaan yang jelas terhadap sumber-sumber Palestina".

Laporan ini menyoroti tantangan dalam meliput konflik seperti di Gaza, di mana keseimbangan naratif dan objektivitas sering kali menjadi sorotan.

Sementara itu, kompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, mengumumkan bahwa mereka telah menembakkan roket ke Kiryat Shmona sebagai respons terhadap serangan Israel Penjajah terhadap sebuah pusat ambulans di Gaza, yang mengakibatkan kematian tujuh paramedis.

Pesan dari perang di Gaza adalah bahwa damai dan kemanusiaan harus menjadi prioritas utama, di atas segala kepentingan politik dan militer.***

 

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x