"Kami telah berhenti tanpa membawa kasur atau apa pun. Kami meninggalkan rumah apa adanya, dan kami melarikan diri," kata Hassan Haboub, ayah sembilan anak yang keluarganya telah membuat rumah sementara di kompleks empat lantai sekolah dasar Pantai Kota Gaza. .
"Kami tidak memiliki apa-apa selain UNRWA," kata Haboub, yang keluarganya melarikan diri ke Gaza ketika mereka menjadi pengungsi pada tahun 1948 dari Ashkelon, sebuah kota yang terletak di utara perbatasan Gaza.
Baca Juga: Terungkap di persidangan kelakuan foya-foya Edhy Prabowo dan istrinya di Amerika Serikat
Serangan udara Zionis telah menghantam Gaza siang dan malam sejak konflik berkobar pada 10 Mei.
Sementara di kota-kota Zionis, seperti Ashkelon, penduduk berlomba untuk mendapatkan tempat perlindungan atau kamar aman, jika mereka memilikinya, setiap beberapa jam atau menit untuk melarikan diri dari roket militan.
Hampir 450 bangunan di Gaza, daerah kantong yang menampung 2 juta orang, telah hancur atau rusak parah, kata PBB.
Baca Juga: Sheikh Mansour menanggung ongkos suporter Manchester City ke final Liga Champions
Pihak Zionis mengatakan itu hanya mengenai target militer yang sah, memberikan peringatan lanjutan jika menargetkan bangunan tempat tinggal yang dikatakan digunakan oleh militan dan melakukan segala yang bisa untuk mencegah korban sipil.***