WartaBulukumba - "Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka."
Begitu bunyi salah satu bait dalam sebuah puisi Taufik Ismail yang berjudul "Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu".
Pada 2016, saat diundang dalam Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (KTT OKI), Taufik Ismail membacakan puisi tersebut dan memeroleh sambutan haru dan hangat dari peserta KTT OKI.
Baca Juga: Negara-negara PBB akan segera 'menguliti' China terkait penindasan terhadap Muslim Uyghur
Puisi tersebut meletakkan penyairnya, Taufik Ismail dan puisi itu sendiri pada posisi yang sekubu dengan Palestina, sebagai pihak yang dijajah Zionis Israel.
Puisi yang sebenarnya menjelaskan dengan sangat 'detail' tentang Palestina melawan Zionis Israel dan semua peristiwa yang telah dan akan terjadi.
Salah satunya adalah bentokan berdarah di Masjid Al Aqsa yang terjadi pada Jumat 7 Mei 2021 sebagai yang kesekian kali dari jumlah tak terhitung dan tak terperikan di sana.
Baca Juga: Timbunan 'harta karun' Perang Dunia I tersimpan di Gunung Scorluzzo
Setelah warga menunaikan ibadah salat Isya dan Tarawih, mereka diserang oleh pasukan keamanan Israel. Sekitar 205 warga Palestina luka-luka dan 17 aparat keamanan Israel luka-luka.