Junta militer Myanmar mencap NUG dan pasukannya sebagai kelompok teroris

9 Mei 2021, 13:05 WIB
Demonstrasi rakyat Myanmar /Myanmar Now

WartaBulukumba - Hari ini di Myanmar, siapa saja bisa memegang senjata api semudah memegang kembang.

Situasi yang memungkinkan itu terjadi di Negeri Seribu Pagoda setelah mereka berangkat dari Revolusi Musim Semi.

Lebih tepatnya beranjak sejak kudeta 1 Februari, saat junta militer Myanmar merebut kekuasaan dan menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Bom buatan tangan dan senjata api rakitan lainnya jelas menjadi alat pelindung yang efektif bagi warga sipil yang merasa terancam. Meskipun percikan yang ditimbulkannya bukan kembang.

Baca Juga: Dunia internasional serukan India segera lockdown total

Penguasa militer Myanmar telah mencap Pemerintah Persatuan Nasional saingannya sebagai kelompok teroris dan menyalahkannya atas pemboman, pembakaran dan pembunuhan, kata media pro-junta militer pada hari Sabtu 8 Mei 2021.

Dilansir WartaBulukumba dari Reuters, pemboman dilaporkan terjadi setiap hari. Milisi lokal telah dibentuk untuk menghadapi tentara sementara protes anti-junta belum berhenti di seluruh negara Asia Tenggara dan pemogokan oleh penentang kudeta telah melumpuhkan ekonomi.

Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang bergerak di bawah tanah, dalam pekan ini mengumumkan bahwa mereka akan membentuk Angkatan Pertahanan Rakyat.

Baca Juga: Negara-negara PBB akan segera 'menguliti' China terkait penindasan terhadap Muslim Uyghur

"Tindakan mereka menyebabkan begitu banyak terorisme di banyak tempat," kata televisi negara MRTV, mengumumkan bahwa NUG, sebuah komite yang terdiri dari anggota parlemen yang digulingkan yang dikenal sebagai CRPH dan kekuatan baru semuanya sekarang akan dilindungi oleh undang-undang anti-terorisme.

"Ada bom, kebakaran, pembunuhan dan ancaman yang menghancurkan mekanisme administrasi pemerintah," kata pengumuman itu.

Undang-undang anti-terorisme tidak hanya melarang keanggotaan kelompok, tetapi juga kontak dengan mereka. Junta sebelumnya menuduh lawannya melakukan pengkhianatan.

Para pengunjuk rasa berbaris melawan junta di lusinan tempat pada hari Sabtu.

Baca Juga: Timbunan 'harta karun' Perang Dunia I tersimpan di Gunung Scorluzzo

 

Setidaknya 774 warga sipil telah dibunuh oleh pasukan keamanan dan 3.778 ditahan, menurut data yang dirilis kelompok aktivis Asosiasi Bantuan Tahanan Politik.

Junta membantah angka-angka itu dan mengatakan setidaknya dua lusin anggota pasukan keamanan telah tewas dalam protes.

Pertempuran juga berkobar di pinggiran Myanmar dengan tentara etnis yang telah berperang selama beberapa dekade dan beberapa di antaranya telah bersatu di belakang para pengunjuk rasa.

Baca Juga: Online hotel chains are gearing up for a surge in staycations ahead of Eid

Televisi pemerintah mengatakan tentara telah maju melawan Tentara Kemerdekaan Kachin di Myanmar utara, tetapi tidak ada konfirmasi independen.

Di Myanmar barat, Pasukan Pertahanan Chinland yang baru dibentuk mengatakan telah menguasai kamp militer. Pihak tentara tidak mengomentari laporan tersebut.***

Editor: Sri Ulfanita

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler