Di balik senyumnya yang hangat, tersembunyi kisah perjuangan yang tidak ringan. Menghadapi pasang surut ekonomi, cuaca yang tak menentu, dan tantangan menjaga kualitas ikan asap, Atika tetap berdiri teguh. Kesulitan-kesulitan ini tidak hanya mengasah keahliannya dalam mengasap ikan, tapi juga menguatkan karakternya.
Hubungan Atika dengan para pembeli dan tetangganya pun mencerminkan kehangatan komunitas desa.
Mereka tidak hanya pelanggan, tapi juga bagian dari cerita hidupnya. Dengan ikan asapnya, Atika tidak hanya memberi makan, tapi juga membangun jembatan antara tradisi dan kebutuhan di meja-meja makan.
Atika, dengan gubuk asapnya, menjadi lebih dari sekadar penjual ikan asap. Dia adalah simbol ketabahan, harapan, dan ketahanan sebuah komunitas.
Dalam asap yang mengepul dan aroma ikan yang matang menggoda, terdapat cerita tentang kekuatan, cinta, dan kehidupan. Desa Sangkala, dengan segala kesederhanaannya, terus berdenyut, didorong oleh salah satunya semangat Atika yang tak pernah padam.***(Israwaty Samad)