WartaBulukumba.Com - Saban hening pagi yang masih basah oleh embun, Desa Sangkala di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan bangun dari tidurnya.
Dari kejauhan, aroma ikan asap pelan-pelan memecah awal hari. Angin pagi membawa aroma asin yang berpadu dengan aroma ikan asap yang mulai menyebar dari sebuah gubuk di pinggiran jalan.
Di gubuk tersebut, Atika, seorang perempuan separuh baya dengan tangan yang terlatih, memulai harinya. Cahaya matahari menyelinap masuk ke gubuk sederhana, tempatnya mengolah sambil menjual ikan asap.
"Ye, masuk ki'," sapa Atika dengan ramah mengajak WartaBulukumba.Com yang sengaja menyambangi gubuknya pada Selasa sore, 26 Maret 2024.
Baca Juga: DAS Balangtieng Bulukumba: Beranda Komunitas mendukung ekonomi lokal dan pemulihan ekosistem
Kajang salah satu sentra produksi bale tapa di Bulukumba
Kabupaten Bulukumba terkenal bukan hanya karena keindahan alam bawah lautnya, tetapi juga karena kekayaan kuliner khas daerahnya. Di sini, 'juku tapa' atau 'bale tapa' - nama lokal untuk ikan asap dalam dialek Konjo dan Bahasa Bugis - menjadi bagian penting dari warisan kuliner daerah.
Berbeda dari ikan asap pada umumnya yang biasanya menggunakan salmon atau bandeng, di Bulukumba, ikan asap dibuat dari ikan tuna atau tongkol yang besar. Ikan ini diolah dengan cara diiris tipis, ditusuk menggunakan lidi, lalu diolah melalui proses pengasapan yang unik.
Produksi ikan asap sangat mudah ditemukan di tiga kecamatan di kawasan timur Kabupaten Bulukumba yang merupakan sentra produksi bale tapa yaitu Herlang, Bonto Tiro dan Kajang.