Aung San Suu Kyi diadili, Myanmar di ambang revolusi

- 1 Maret 2021, 19:14 WIB
Seorang demonstran ditahan oleh polisi anti huru hara selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021.
Seorang demonstran ditahan oleh polisi anti huru hara selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. /Reuters/Stringer

Reaksi Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri Antony Blinken sejauh ini hanya berbentuk kecaman. Sementara menteri luar negeri Kanada, Marc Garneau, menyebut penggunaan kekuatan mematikan "mengerikan".

Baca Juga: Hari pertama berkantor, Andi Utta-Edy Manaf prihatin bertemu sampah dan toilet tanpa lampu

Tom Andrews, pelapor khusus PBB, mengatakan serangan junta akan terus berlanjut sehingga komunitas internasional harus meningkatkan tanggapannya.

Dia mengusulkan embargo senjata global, lebih banyak sanksi bagi mereka yang berada di balik kudeta dan bisnis militer dan rujukan Dewan Keamanan PBB ke Pengadilan Kriminal Internasional.

"Kita harus bertindak," kata Andrews dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Andi Utta ingin tiru Monaco dalam mengembangkan Pariwisata Bulukumba

Seorang juru bicara kementerian luar negeri China mendesak pihak-pihak Myanmar untuk mengingat "gambaran besar" dari pembangunan dan stabilitas serta menahan diri.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan sedikitnya 270 orang ditahan pada Minggu, dari total 1.132 yang dikatakan telah ditangkap sejak kudeta.***

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x